mKonsep moderasi beragama perspektif Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar dimaknai dengan pentingnya keseimbangan hidup bagi muslim. Selogan "rahmatan lil alamin" yang tertuang dalam Al-qur'an bermakna bahwa Islam datang membawa kesejukan dan kedamaian antar agama. Menurut Hamka moderasi beragama adalah saling bantu membantu dalam bertetangga, saling menghormati dalam arti memberi kebebasan dalam menjalankan ibadah masing-masing, bukan menghina dan tidak saling mencerca, sehingga tidak timbul kekerasan yang tidak diinginkan dalam agama. Oleh karena itu, sangat tepat dilaksanakan percakapan agama secara bijak dan lembut, agar mereka dapat menyadari kesalahan mereka secara akal sehat dan jernih. Namun ketika non muslim memusuhi dan memerangi serta mengusir umat Islam, maka semua yang dibolehkan tersebut menjadi terlarang.(Mabrur, 2019) Bentuk konsep moderasi beragama perspektif Buya Hamka dalam tafsir AlAzhar yaitu kebebasan beragama dan toleransi antar pemeluk agama. Pengaruh pemikiran Hamka terhadap kehidupan beragama di Indonesia ditandai adanya batasan toleransi antar pemeluk agama dan memberikan hak kebebasan beragama demi menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia.
Berikut beberapa poin penting mengenai moderasi beragama dalam perspektif Buya Hamka:
1. Umat Wasathan: Umat Pertengahan
Buya Hamka menafsirkan konsep "ummatan wasathan" (umat pertengahan) dalam QS Al-Baqarah 2:143 sebagai esensi moderasi beragama. Umat Islam dipandang sebagai umat yang berada di jalur tengah, tidak ekstrem ke kanan atau kiri.
2. Keseimbangan dalam Beragama dan Bermasyarakat
Moderasi, bagi Buya Hamka, berarti mencapai keseimbangan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat. Hal ini mencakup:
Keseimbangan antara dunia dan akhirat: Â Muslim didorong untuk menjalankan agama dengan baik tanpa mengabaikan kehidupan duniawi.
Keseimbangan antara hak dan kewajiban: Moderasi menekankan pentingnya memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban dengan penuh tanggung jawab.
Keseimbangan antara individu dan komunitas: Muslim diajarkan untuk menjaga kepentingan pribadi dan berkontribusi bagi kemaslahatan bersama.
 3. Toleransi dan Saling Menghormati
Buya Hamka sangat menjunjung tinggi toleransi dan saling menghormati antar pemeluk agama. Ia memandang perbedaan sebagai kekayaan dan bukan sumber perpecahan.