Mohon tunggu...
Apriyan Sucipto SHMH
Apriyan Sucipto SHMH Mohon Tunggu... ASN -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Proletarian..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

27 Februari 2018   14:06 Diperbarui: 27 Februari 2018   14:12 2535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari 5 kawasan konservasi pertama yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai taman nasional. Secara administratif TNGGP berada di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Sukabumi  (9.356,10 ha), Bogor (7.155,00 ha) dan Cianjur (5.463,90 ha). Dalam pengelolaannya kawasan TNGGP dibagi ke dalam 3 Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wilayah) yaitu Bidang Pengelolaan TN Wilayah I Cianjur, Bidang Pengelolaan TN Wilayah II Sukabumi dan Bidang Pengelolaan TN Wilayah III Bogor dan dibagi ke dalam 6 Seksi Pengelolaan Taman Nasional serta dibagi ke dalam 22 resort pemangkuan taman nasional.

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar TNGGP Nomor : SK. 79/11/TU/2009 tanggal 01 Agustus 2009, telah ditetapkan 6 (enam) Resort Model, yaitu: Resort Mandalawangi, Resort Sarongge (Bidang PTN Wialyah I-Cianjur); Resort Selabintana, Resort Situgunung (Bidang PTN Wialayah II-Sukabumi); Resort PPKAB, Resort Cimande (Bidang PTN Wilayah III- Bogor).

Sebelumnya TNGP memiliki luas kawasan 15.196 ha., namun sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 174/Kpts-II/2003  tanggal  10  Juni  2003, luas Kawasan TNGGP diperluas menjadi 21.975 Ha, yang merupakan perluasan areal eks Perum Perhutani. Berdasarkan SK tersebut dapat diketahui sebagai berikut :

Luas                                      : 21.975 Ha

Panjang Batas Luar        : 375.198 Km

Jumlah Pal Batas             : 7.278 Buah. 

Berdasarkan Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Nomor : 002/BAST-HUKAMAS/III/2009 Nomor : 1237/11-TU/2/2009 tanggal 06 Agustus 2009 dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten kepada BB TNGGP, luas yang diserahkan adalah 7.655 Ha. Dengan demikian total luas TNGGP adalah 22.851 Ha.

Dalam upaya pengaturan pengelolaan, Taman Nasional Gunung Gede Panggrango (TNGGP) dikelola berdasarkan sistem zonasi yang sesuai dengan fungsi dan peruntukannya sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta pemanfaatan secara lestari.  Berdasarkan Hasil Revisi Zonasi pada tahun 2009 TNGGP dirumuskan ke dalam 7 (tujuh) Zonasi yakni : 1. Zona Inti, 2. Zona Rimba, 3. Zona Pemanfaatan, 4. Zona Rehabilitasi, 5. Zona Tradisional, 6. Zona Konservasi Owa Jawa, dan 7.  Zona Khusus dengan luas total 22.851,794 ha. Penataan zonasi TNGGP tahun 2009 dan persentase revisi zonasi secara rinci dapat dilihat pada tabel dan gambar, berikut ini:

No

Peruntukkan Zonasi

Perkiraan Luas (Ha)

%

1

Zona Inti

9.612,7

42,067

2

Zona Rimba

7.175,4

31,400

3

Zona Pemanfaatan

1.330,4

5,822

4

Zona Rehabilitasi

4.367,1

19,111

5

Zona Tradisional

312,11

1,366

6

Zona Konservasi Owa Jawa

50,1

0,219

7

Zona Khusus

3,19

0,014

 

TOTAL

22.851,00

100,000

Secara umum tipe-tipe ekosistem kawasan TNGGP dibedakan menurut ketinggiannya yaitu Ekosistem Sub Montana (1.500 m dpl), Ekosistem Montana (1.500-2.400 m dpl) dan Ekosistem Sub Alpin (>2.400 mdpl). Ekosistem hutan Sub Montana dan Montana memiliki keanekaragaman hayati vegetasi yang tinggi dengan pohon-pohon besar, tinggi dan memiliki 3 strata tajuk. Strata paling tinggi (30 -- 40 m) didominasi oleh jenis litsea spp. Pada ekosistem sub alpin, keanekaragaman vegetasinya lebih rendah dibandingkan kedua tipe ekosistem lain. 

Vegetasi tipe ekosistem sub alpin memiliki starta tajuk sederhana dan pendek yang disusun oleh jenis-jenis pohon kecil (kerdil), dengan tumbuhan bawah yang tidak terlalu rapat. Tinggi pohon tidak lebih dari 10 m, hanya memiliki satu lapisan kanopi yang berkisar antara 4 dan 10 m. Pepohonan di hutan ini berdiameter kecil dan pada batangnya diselimuti dengan lumut Usneayang tebal. 

Keanekaragaman jenis jauh lebih rendah dibanding dengan tipe hutan lain. Selain tiga tipe ekosistem utama tersebut ditemukan beberapa tipe ekosistem khas lainnya yang tidak dipengaruhi oleh ketinggian tempat, ekosistem tersebut adalah ekosistem rawa, ekosistem kawah, ekosistem alun-alun, ekosistem danau dan ekosistem hutan tanaman. Secara jelas tipe ekosistem hutan di TNGGP dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini :

No.

Tipe Ekosistem

Ketinggian (mdpl)

Luas (Ha)

1

2

3

4

1

Sub Montana

1500

12.762

2

Ekosistem Danau

1500

10

3

Ekosistem Rawa Pegunungan

1600 -- 1700

3,025

4

Montana

1500 -- 2400

8.425,975

5

Sub Alpine

> 2400

1.650

Jumlah

22.851,00

Kawasan TNGGP memiliki potensi kekayaan flora yang tinggi. Lebih kurang 1.000 jenis flora dengan 57 famili ditemukan di kawasan ini, yang tergolong tumbuhan berbunga (Spermatophyta) 925 jenis, tumbuhan paku 250 jenis, lumut 123 jenis, dan jenis ganggang, Spagnum, jamur dan jenis-jenis Thalophyta lainnya. Pohon rasamala terbesar dengan diameter batang 150 cm dan tinggi 40 m dapat ditemukan di sekitar jalur pendidikan wilayah Resort Mandalawangi. 

Jenis puspa terbesar dengan diameter 149 cm ditemukan di  jalur  pendakian  Selabintana  --  Gunung  Gede  dan  pohon  jamuju  terbesar  di  wilayah Pos Bodogol.Kawasan ini juga memiliki jenis-jenis unik dan menarik, diantaranya "si pembunuh berdarah dingin" Kantong Semar (Nephentes gymnamphora); "saudara si Bunga Bangkai" (Rafflesia rochusseni); "si Bunga Sembilan Tahun" (Strobilanthus cernua). Kawasan TNGGP kaya dengan jenis anggrek, tercatat 199 jenis anggrek di kawasan ini. Saat ini telah dilakukan pemetaan sebaran beberapa jenis flora yang ada di kawasan TNGGP.

Selain flora, ekosistem kawasan TNGGP menyediakan habitat bagi beranekaragaman fauna, antara lain Mammalia, Reptilia, Amphibia, Aves, Insekta dan kelompok satwa tidak bertulang belakang.  Terdapat burung (Aves) 251 jenis atau lebih dari 50 % jenis burung yang hidup di Jawa.  Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) ditetapkan sebagai "Satwa Dirgantara" melalui Keputusan Presiden No. 4 tanggal 9 Januari 1993. Kawasan TNGGP juga merupakan habitat bagi 110 jenis Mammalia, diantaranya Owa Jawa (Hylobates moloch) yang langka,  endemik  dan  unik;  Anjing  Hutan  (Cuon alpinus) yang sudah semakin langka dan Kijang (Muntiacus muntjak). Selain itu terdapat serangga (Insecta) lebih dari 300 jenis, Reptilia sekitar 75 jenis, Katak sekitar 20 jenis dan berbagai jenis binatang lunak (Molusca).

Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Panggrango (TNGGP) merupakan kawasan pelestarian alam mempunyai peran dan manfaat yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat khususnya masyarakat penyangga yang berbatasan langsung dengan kawasan dan memilki ketergantungan yang sangat tinggi. Saat ini tecatat ada sekitar 66 desa yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGPP dan tersebar di 18 Kecamatan dan tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi.  Secara rinci jumlah desa penyangga yang berbatasan langsung dengan kawasan TNGGP dapat dilihat pada table 3. di bawah ini :

No.

Jumlah Desa  

Kecamatan

 Kabupaten

1

2

3

4

1

3 Desa
Cipanas
 Cianjur

2

4 Desa
Pacet
 Cianjur

3

7 Desa
Cugenang
Cianjur

4

3 Desa
Warungkondang
 Cianjur

5

1 Desa
Gekbrong
Cianjur

Jumlah

18 Desa

1

2 Desa
Sukalarang
Sukabumi

2

7 Desa
Sukaraja
Sukabumi

3

7 Desa
Kadudampit
Sukabumi

4

1 Desa
Caringin
Sukabumi

5

2 Desa
Cibadak
Sukabumi

6

5 Desa
Nagrak
Sukabumi

7

2 Desa
Ciambar
Sukabumi

8

2 Desa
Cicurug
Sukabumi

Jumlah

28 Desa

1

2 Desa
Cigombong
Bogor

6 Desa
Caringin
Bogor

5 Desa
Ciawi
Bogor

2 Desa
Megamendung
Bogor

5 Desa
Cisarua
Bogor

Jumlah

20 Desa

Total Seluruh Desa

66 Desa

Desa Sindang Jaya dan Desa Cimacan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur merupakan salah satu desa penyangga yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Desa Cimacan memiliki luas 636 ha, sedangkan Desa Sindang Jaya memiliki luas 512 ha. 

Berdasarkan laporan data monografi  desa, Jumlah penduduk Desa Cimacan yaitu 18.867 jiwa yang terdiri dari 52 % berjenis kelamin laki-laki dan 48 % berjenis kelamin perempuan. Sedangkan Desa Sindang Jaya memiliki jumlah penduduk sebesar 5.840 jiwa yang terdiri dari 45,86 % berjenis kelamin laki-laki dan 54,14 % berjenis kelamin perempuan.

Berdasarkan dengan agama yang dianut oleh penduduk Desa Cimacan dan Desa Sindang Jaya adalah agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha.Penduduk  Desa Cimacan menganut agama Islam sebesar  99,04 % , agama Kristen sebesar  0,50 % , agama Katholik sebesar 0,33 % dan agama Hindu sebesar 0,13 %. Sedangkan penduduk Desa Sindang Jaya menganut agama Islam sebesar 98,96 % , agama Kristen sebesar 0,35 % , agama Katholik sebesar 0,67 % dan agama Budha sebesar 0,002 %. Mayoritas penduduk Desa Cimacan dan Desa Sindang Jaya memeluk agama Islam.

Sumber mata pencaharian penduduk Desa Cimacan adalah PNS (41,9 %), TNI/Polri (1,23 %), Pedagang (8,34 %), Wiraswasta (21,51 %) , Petani (12,71 %), Pertukangan (4,24 %), Buruh Tani (17,32 %), Pensiunan (1,49 %), Pemulung  (5,11 %) dan Jasa (28,46 %). Sedangkan sumber mata pencaharian penduduk Desa Sindang Jaya adalah Karyawan (22,14 %), Wiraswasta (48,48 %), dan Tani (29,38 %).

Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Cimacan dan Desa Sindang Jaya adalah dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

No
Jenis Sarana dan Prasarana

Desa Cimacan

Desa Sindang Jaya

Jumlah

Jumlah

1.
Sarana Pendidikan :

  • Sekolah TK
  • Sekolah SD
  • Sekolah SMP
  • Sekolah SMA
  • Madrasah
  • Pondok Pesantren
  • BLK

6

7

3

1

24

7

2

3

5

1

-

15

-

-

2.
Sarana Peribadatan :

  • Masjid
  • Mushola
  • Gereja

30

77

-

24

47

1

3.
Sarana Kesehatan :

  • Rumah Sakit Umun
  • Posyandu
  • Poliklinik
  • Laboratorium

1

-

1

1

17

-

-

-

4.
Sarana Olah Raga

  • Lapangan Sepak Bola
  • Lapangan Basket
  • Lapangan Volly
  • Lapangan Bulutangkis
  • Lapangan Tenis Meja
  • Lapangan Golf
  • Kolam Renang
  • Fitnes/Sanggar Senam

1

1

6

7

6

1

22

1

1

1

1

1

1

-

1

1

5.
Sarana Kesenian dan Kebudayaan

  • Sarana Krida

2

5

6.
Sosial

  • Panti Asuhan

1

-

kesimpulan sebagai berikut:

  • Pada dasarnya penduduk desa Cimacan dan Sindang Jaya mengetahui keberadaan Taman Nasional Gede Pangrango dan merasakan manfaat baik langsung maupun tidak langsung.
  • Rata-rata nilai WTP penduduk desa Cimacan dan Sindang Jaya adalah sebesar Rp.54.500/ bln atau sebesar Rp. 654.000/ tahun.
  • Nilai Keberadaan Taman Nasional Gede Pangrango adalah sebesar Rp. 20.760.576.000,-/ tahun atau  sebesar  Rp.221.515.345.920,-selama 25 tahun


DAFTAR PUSTAKA

Dudung, D. Dan Widada,2004. Konservasi dalam Perspektifnan Ekonomi Pembangunan. Direktorat Kawasan-Japan International Cooperation Agency-Laboratorium Politik Sosial dan Ekonomi Kehutanan. IPB.

Dixon, JA dan Sherman PB. 1990. Economic of Protected Areas : A New Look at Benefits and Cost. WashingtoDC . Covelo California : Island Press.

Patunru, Ar ianto. 2004. Valuasi Ekonomi Metode Kontingensi. Program Pelatihan Analisis Biaya Manfaat. LPEM. FEUI.

UU. No. 5 Tahun 1990. Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan.

Virza, S dan Aziz, K. 2005. Pendekatan-Pendekatan Valuasi Ekonomi SDA dan Lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun