Pada intinya, maksud dari Hari Pahlawan adalah agar kita tak melupakan sejarah, agar kita menghargai apa yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata. Namun, tujuan itu akan sia-sia jika kita hanya menjadikan Hari Pahlawan sebagai momen sentimental semata. Pahlawan yang gugur demi kemerdekaan bukan sekadar nama di batu nisan. Mereka adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penindasan dalam segala bentuknya.
Kita memerlukan keberanian untuk berani "menjajah" ulang diri kita, untuk melawan segala bentuk ketidakadilan yang masih kita temui sehari-hari. Tugas kita bukan hanya mengenang, tetapi menghidupkan kembali jiwa-jiwa perlawanan itu dalam konteks zaman ini.
Hari Pahlawan bukan hanya soal menabur bunga di atas makam. Ia adalah momen untuk berani bertanya, apakah perjuangan mereka sudah kita lanjutkan? Apakah kita sudah bebas dari segala bentuk penindasan, baik dari dalam maupun luar? Kita punya tugas moral untuk menjadikan tanggal 10 November lebih dari sekadar ritual. Inilah tugas kita, sebagai generasi penerus, untuk meneruskan apa yang mereka mulai, bukan sekadar mengenang tanpa makna.
Sebagaimana kata Bung Karno, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya." Tetapi, menghargai bukan hanya mengenang. Menghargai adalah dengan meneruskan perjuangan mereka, dengan melawan bentuk-bentuk penjajahan baru yang ada di sekitar kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H