Bagi masyarakat Aceh Tenggara, penting untuk menyadari bahwa mereka adalah penentu akhir dalam proses demokrasi ini. Jangan biarkan diri kita terpengaruh oleh isu-isu yang sifatnya memecah belah. Belajar dari masa lalu, masyarakat perlu tetap solid dan tidak mudah terprovokasi. Kita harus berpegang pada nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini telah menjadi landasan hidup, serta tetap mengedepankan persatuan dalam perbedaan.
Politik seharusnya menjadi ajang untuk menyampaikan gagasan dan beradu program demi kemajuan bersama. Namun, fenomena politik adu domba yang terjadi di Aceh Tenggara menunjukkan bahwa demokrasi kita masih berada dalam kondisi darurat. Masyarakat di Tanoh Alas harus dilindungi dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh ambisi politik semacam ini.
Mahasiswa, aktivis, dan akademisi seharusnya tidak hanya menjadi saksi dalam kondisi ini, tetapi juga turut menjadi penggerak perubahan, mengingatkan masyarakat agar tidak terpecah hanya karena perbedaan pandangan politik. Harapan kita semua adalah demokrasi yang sehat, di mana pemilihan umum menjadi ajang adu gagasan, bukan saling menjatuhkan atau adu domba. Hanya dengan cara ini, kita bisa menjaga keutuhan Aceh Tenggara sebagai Tanoh Alas Metuah, tanah yang damai dan penuh persatuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H