Apakah ini akan terus terjadi setiap tahun? Apakah pemerintah Aceh Tenggara hanya menunggu bencana berikutnya untuk turun tangan? Atau, lebih parah lagi, apakah bencana ini sengaja dibiarkan terjadi agar dapat digunakan sebagai alat politik dalam perebutan kekuasaan?
Bagi masyarakat Aceh Tenggara yang setiap tahun menjadi korban bencana, harapan untuk perubahan mungkin terasa jauh. Namun, ada satu hal yang pasti: mereka tidak bisa terus-menerus menggantungkan nasib pada pemerintah yang lamban bertindak. Pemerintah harus segera mengambil langkah nyata untuk menyelesaikan masalah ini dari akarnya, dimulai dari penanganan illegal logging hingga perbaikan infrastruktur yang rusak.
Selain itu, masyarakat juga harus lebih kritis dan terlibat aktif dalam pengawasan penggunaan dana desa. Jika para pemimpin lokal tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, maka masyarakat harus berani menuntut pertanggungjawaban dan perubahan.
Pada akhirnya, doa dan harapan masyarakat Aceh Tenggara bukan hanya untuk keselamatan dari bencana, tetapi juga untuk hadirnya pemimpin yang benar-benar peduli, yang tidak hanya menggunakan bencana sebagai alat untuk meraup simpati politik, tetapi juga bekerja nyata demi kepentingan rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H