Mohon tunggu...
Apriadi Rama Putra
Apriadi Rama Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Lahir di Banda Aceh, 23 April 1998.

Lahir di Banda Aceh, 23 April 1998.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bayangan Keadilan, Melawan Tuduhan Tak Berbukti dalam Balik Kekejaman Sistem

30 Maret 2024   12:12 Diperbarui: 30 Maret 2024   12:35 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, mentari telah mulai menyinari langit, namun di balik keindahan alam, terdapat kegelapan yang menyelinap di antara lorong-lorong bangunan rumah sakit itu. Kang Ono, seorang karyawan yang setia, baru saja menyelesaikan tugasnya untuk shift pagi. Langkahnya yang biasa-biasa saja terhenti ketika sebuah panggilan tak terduga memecah keheningan pagi itu.

Seorang ajudan direktur, wajahnya penuh ketegasan, meminta Kang Ono untuk masuk ke dalam ruang direktur. Di sana, rekaman CCTV menampilkan adegan yang mengguncangkan hati Kang Ono. Sosok yang ditunjukkan oleh kamera dianggap sebagai dirinya. Dalam sekejap, suasana tenang pagi itu berubah menjadi badai amarah yang melanda ruangan.

Ajudan Direktur menatapnya tajam, "Apakah ini kau?" tanyanya serius.

Kang Ono, dengan wajah pucat, buru-buru membantah, "Bukan, bukan bang."

Namun, bingkai video itu menunjukkan sosok yang sangat mirip dengannya. Ajudan Direktur terus menekannya, mencari pembenaran atas kecurigaannya. "Postur tubuhnya seperti kau," ucapnya tegas.

Kang Ono berusaha menjelaskan, "Bukan aku, Bang. Aku gak pernah memakai jaket ketika bekerja."

"Dimana HP yang kau jual?

Ikuti aku!" ujar ajudan direktur dengan nada yang menggertak.

Namun, penjelasannya tidak cukup meyakinkan. Ajudan direktur memaksa Kang Ono untuk mengakui kesalahannya, meskipun dengan cara yang keras. Yang membuat situasi semakin tegang adalah ketidaksenangan bahwa salah satu ajudan direktur adalah seorang anggota polisi yang terkenal kejam. Ditambah lagi, polisi yang terlibat juga tidak segan-segan untuk mempergunakan kekerasan untuk memaksa pengakuan.

Kang Ono berusaha menjelaskan bahwa ia tidak bersalah, namun suasana ruangan telah dipenuhi dengan desakan yang membuatnya terpukul. Ia dipaksa mengikuti perintah dengan hati yang terberat. Mereka melangkah keluar menuju pusat kota, tempat dimana tuduhan tersebut menggantung di udara.

Tanpa bukti yang kuat, Kang Ono dibawa berkeliling kota dengan paksa. Dia dihadapkan pada berbagai tempat yang tidak pernah dia kunjungi sebelumnya, sementara interogasi yang keras terus berlanjut. Tetapi, Kang Ono tetap kukuh dengan kebenaran yang dia yakini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun