Mohon tunggu...
Apriadi Rama Putra
Apriadi Rama Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Lahir di Banda Aceh, 23 April 1998.

Lahir di Banda Aceh, 23 April 1998.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Keseriusan TNGL Dipertanyakan, Aceh Tenggara Ngapain Aja?

4 Februari 2024   02:26 Diperbarui: 4 Februari 2024   07:12 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyelenggaraan kerjasama nasional dan Internasional di bidang pariwisata pemuda dan olahraga, penyelenggaraan promosi dan pemasaran pariwisata pemuda dan olahraga. 

Melaksanakan pengelolaan adsministrasi umum meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, perencanaan, dan organisasi dinas. 

 Selanjutnya, bekerja sama dengan dinas perhubungan; dalam tugas pokok dan fungsi Dinas Perhubungan Aceh sendiri ada fungsi berkelanjutan dan memberi nilai tambah (ekonomi); dan pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan/atau lembaga terkait lainnya di bidang perhubungan. 

Bisa lebih memanfaatkan pemandu wisata dan memanfaatkan putra putri daerah dan angkutan umum yang memfasilitasi turis-turis itu ke ketambe misalnya. (dishub.acehprov.go.id/profil/tupoksi).

Jadi, itu salah satu cara untuk menambahkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM). Artinya, ketika itu untuk menambah kualitas SDM dan PAD sendiri kenapa tidak? Bukan malah sebaliknya defisit anggaran, minim kualitas Pemerintah Daerah seperti sekarang ini. 

Sembari melindungi kenapa tidak digunakan untuk menambah PAD, seperti Taman Nasional Bromo Tengger Semeru misalnya. Padahal kalau kita lihat secara detail banyak konsevasi-konservasi kelas internasional yang dilakukan di Taman Nasional Gunung Leuser. 

Atau jangan-jangan ada apa? Apa karena di Taman Nasional Gunung Leuser tidak bisa dibangun yang berhubungan dengan infrastruktur yang harus diperbaiki dari tahun ke tahun. Contohnya seperti jembatan, rabat beton dan yang bersangkut dengan semen dan pasir, saya rasa tidak juga.

Ketika pemuda atau mahasiswa beraudiensi ke dinas terkait untuk kemajuan TNGL sering kali mendapatkan alasan yang tidak pembangun marwah sebagai pemuda dan mahasiswa asli putra putri daerah dengan pernyataan yang menjijikan belum ada SDM yang mampu mengelola itu semua, artinya kalau bukan pemangku kebijakan yang mendorong generasi mudanya sebagai putra putri daerah  untuk membangun daerah sendiri, terus siapa lagi? Sampai dengan Imam Mahdi keluar pun daerah ini akan seperti ini terus menerus (stagnan), jalan ditempat tanpa gerak maju jalan.

Sebagai generasi muda yang peduliu daerah, kami resah dengan regulasi yang kacau dan rusak, membiarkan turis-turis asing yang tujuannya pun tidak jelas dengan alibi berwisata sampai berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan ada yang sampai berbulan lamanya. Tanpa diawasi yang datang silih berganti seakan-akan mereka adalah pribumi putra dan putri asli tanoh alas metuah bumi sepakat segenep. 

Coba bangun lagi regulasi mengikuti kota-kota wisata lainnya; seperti Yogyakarta dan Bali. Disana jangankan turis-turis mancanegara, bahkan turis-turis lokalpun diawasi dengan regulasi yang ketat. 

Baik rasanya untuk pemerintah Aceh Tenggara lebih menyeroti hal ini, terlebih lagi ini berhubungan dengan PAD. Jangan hanya bangun pagi ngurus jembata,  tidur siang mimpikan rabat beton, dan ngopi malam diskusi tentang perbaiki jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun