Pernahkah terlintas pertanyaan di benak kalian mengapa tumbuhan perlu diberikan nutrisi? Apakah tumbuhan memerlukan nutrisi agar dapat bertahan hidup seperti manusia? Jawabannya adalah iya benar, mengapa? Hal ini karena tumbuhan termasuk salah satu jenis makhluk hidup, disamping manusia dan hewan. Salah satu ciri makhluk hidup, yaitu memerlukan nutrisi dan makanan yang cukup. Sebagai contoh, manusia memerlukan nutrisi dan makanan yang cukup agar mampu tumbuh dan berkembang, serta menjalankan aktivitas kehidupannya dengan baik dan optimal. Kekurangan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh manusia mampu menyebabkan beberapa masalah, diantaranya badan lemas, tidak mampu menjalankan aktivitas dengan maksimal, mengalami beberapa gangguan kesehatan, bahkan parahnya bisa menyebabkan kematian. Sama halnya dengan manusia, tumbuhanpun mampu mengalami hal yang serupa. Apabila tumbuhan mengalami kekurangan nutrisi, akibatnya akan muncul beberapa kelainan, seperti tumbuhan layu, pertumbuhan dan perkembangannya terhambat, rentan terserang hama dan penyakit, serta menyebabkan tumbuhan mati. Oleh karena itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dapat terjadi secara optimal, maka tumbuhan harus mendapatkan nutrisi atau hara yang sesuai dengan kebutuhannya.
   Menurut Aidah (2020), secara umum unsur hara atau elemen esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan agar mampu tumbuh dan berkembang secara optimal meliputi unsur macronutrient dan micronutrient. Unsur macronutrient merupakan elemen esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang banyak, seperti unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S). Sementara itu, micronutrient merupaan elemen esensial yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam porsi sedikit, seperti Boron (Br), Klorin (Cl), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Molybdenum (Mo), Nikel (Ni), dan Zinc (Zn). Kekurangan unsur hara atau elemen esensial tersebut pada tumbuhan, dapat menyebabkan tumbuhan menjadi mati sebelum siklus hidupnya terlengkapi, serta mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan menjadi tidak normal. Hal ini terjadi karena kekurangan elemen esensial tersebut, dapat mengganggu siklus metabolisme tumbuhan.
   Cara yang dapat dilakukan untuk menjamin ketersediaan nutrisi bagi tumbuhan, yaitu dengan memberikan bahan yang mampu menyediakan nutrisi yang diperlukan oleh tumbuhan. Salah satu caranya, yaitu dengan pemberian pupuk pada tumbuhan yang kekurangan nutrisi atau unsur hara. Pupuk merupakan bahan yang mengandung nutrisi bagi tumbuhan berupa zat hara , mineral, dan bahan organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Pupuk memiliki beberapa fungsi, diantaranya menyuburkan tanaman, meningkatkan resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit, mempercepat hasil produksi, serta mampu merangsang tumbuh kembang tanaman. Pupuk sendiri dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yaitu pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik atau bahan alami, sementara pupuk anorganik merupakan pupuk yang berasal dari bahan kimia atau sintesis.
   Di Indonesia sendiri, mayoritas petani menggunakan pupuk anorganik untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman budidayanya. Alasannya, karena pupuk anorganik alias pupuk kimia masih dinilai mampu diandalkan untuk mengatasi kekurangan nutrisi pada tanaman, serta mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas hasil budidaya pertanian dengan mudah serta membutuhkan waktu yang relatif singkat. Namun pernahkah kita berpikir, apabila pupuk kimia diaplikasikan pada tanaman secara terus menerus, pupuk kimia ini justru merusak tanaman dan bukan mencukupi kebutuhan nutrisi tanaman? Secara telah diketahui bersama, bahwa segala sesuatu yang mengandung bahan kimia pasti membawa dampak yang kurang baik. Sebagai contoh, bakso yang mengandung boraks jika dikonsumsi oleh manusia dalam jangka waktu yang panjang mampu mengakibatkan sakit perut, kerusakan ginjal, bahkan kerusakan otak. Sama halnya dengan tumbuhan, apabila diberikan nutrisi berupa bahan kimia dalam jangka waktu yang lama juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas hasil pertanian serta merusak kesehatan tanaman. Hal ini karena menurut Saragih (2008), secara umum tanaman tidak mampu menyerap pupuk kimia secara utuh, residu dari pupuk kimia ini pasti akan selalu ada. Residu yang tidak mampu diserap oleh tanaman ini mampu merusak struktur dan tekstur tanah, serta mampu menyebabkan tanah sebagai media utama tumbuh tanaman menjadi masam atau ber-pH rendah. Kondisi seperti ini, menyebabkan organisme-organisme pembentuk unsur hara menjadi mati karena tidak mampu beradaptasi dengan kondisi tanah yang masam. Akibatnya tanah menjadi tidak subur karena tidak mampu memperoleh unsur hara secara alamiah dan selalu bergantung pada pupuk kimia.
    Melihat permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan tindakan pemberian pupuk yang berasal dari bahan organik sebagai alternatif penyedia unsur hara agar permasalahan tersebut tidak semakin berlarut-larut. Akan lebih baik lagi, apabila bahan yang digunakan merupakan limbah yang dihasilkan dari aktivitas kehidupan manusia. Karena selain menyediakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, namun juga mampu mengurangi limbah yang merusak lingkungan. Salah satu bahan yang berpotensi menjadi alternatif penyedia unsur hara bagi tanaman, yaitu limbah ampas tebu. Tebu merupakan salah satu jenis komoditas tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Yaps, tebu merupakan jenis tanaman dimana air niranya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan gula pasir, sementara itu ampas tebu berupa serat-serat batangnya biasanya hanya dibuang tanpa proses pengolahan lebih lanjut, sehingga kerap menjadi limbah. Limbah ampas tebu yang kerap dibuang ke sungai sering mencemari lingkungan serta menimbulkan bau yang kurang sedap, sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, limbah ampas tebu perlu diolah agar tidak mencemari lingkungan. Salah satunya dengan menjadikan limbah ampas tebu menjadi pupuk alternatif penyedia unsur hara. Menurut Azhari dkk. (2018), limbah ampas tebu mengandung unsur Karbon (C) sebesar 26,51%, Nitrogen (N) sebesar 1,04%, Fosfat (P) sebesar 6,142%, Kalium (K) sebesar 0,485%, Natrium (Na) sebesar 0,082%, Kalsium (Ca) sebesar 5,785%, Magnesium (Mg) sebesar 0,419%, Besi (Fe) sebesar 0,191%, serta Mangan (Mn) sebesar 0,115%. Dengan unsur-unsur hara ini, sangat memungkinkan apabila limbah ampas tebu dimanfaatkan menjadi pupuk alternatif penyedia unsur hara bagi tanaman. Selain itu, beberapa penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan hasil positif terhadap pengaplikasian limbah ampas tebu ini sebagai alternatif penyedia unsur hara pada tanaman. Dalam penelitian Rahimah dkk. (2015), kompos yang berasal dari limbah ampas tebu mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi serta diameter tanaman semai Acacia crassicarpa. Sementara berdasarkan hasil penelitian Azhari dkk. (2018), pemberian bokashi ampas tebu mampu meningkatkan tinggi tanaman kedelai umur 6 MST. Selain itu, pemberian kompos dari limbah ampas tebu juga mampu meningkatkan tinggi tanaman cabai rawit umur 6 MST.
    Ada beberapa cara pemanfaatan limbah ampas tebu menjadi pupuk alternatif penyedia unsur hara. Yang pertama, sebelum diaplikasikan ke tanaman, limbah ampas tebu perlu melalui proses dekomposisi. Untuk mempercepat proses dekomposisi limbah ampas tebu, diberikan bioaktivator. Bioaktivator yang bisa digunakan, yaitu EM4 (Effective Mikroorganism 4). Setelah terdekomposisi secara sempurna, limbah ampas tebu bisa diaplikasikan ke tanaman. Sedangkan cara yang kedua, yaitu dengan melakukan pengomposan yang mengkombinasikan limbah ampas tebu dengan jamur Trichoderma spp. Trichoderma spp. merupakan jenis jamur yang bersifat antagonis yang mampu membantu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta mampu melindungi tanaman dari hama dan penyakit. Selain itu, Trichoderma spp. juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, dapat memacu pertumbuhan akar, serta mampu membantu memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah yang rusak.
    Dari paparan diatas, terlihat bahwa untuk mencukupi kebutuhan unsur hara bagi tanaman bisa dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di alam atau bahkan bahan yang kerap menjadi limbah di sekitar lingkungan kita, contohnya limbah ampas tebu. Jadi, mari sama-sama kita kurangi penggunaan pupuk kimia dan kita manfaatkan bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita sebagai pupuk alternatif penyedia unsur hara bagi tanaman, untuk pertanian Indonesia yang lebih sejahtera. Hidup petani Indonesia...........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H