Mohon tunggu...
Apria Iswara
Apria Iswara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Herpetologist

Menulis untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Kepunahan Massal Permian-Triass, Ketika Semua Kehidupan di Bumi Hampir Musnah

10 Agustus 2021   23:32 Diperbarui: 11 Agustus 2021   14:15 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Julio Lacerda

Bumi telah mengalami lima peristiwa kepunahan massal dalam 550 juta tahun terakhir, satu di akhir masing masing periode, yaitu Periode Ordovisium, Devon, Permian, Triass, dan Cretaceous, dan yang keenam bisa dibilang sedang terjadi sekarang. 

Peristiwa kepunahan terburuk terjadi sekitar 252 juta tahun yang lalu dan menandai batas geologis antara Periode Permian dengan Triass atau era Paleozoikum dengan Mesozoikum. 

Selama Periode Permian, Superbenua Pangaea telah terbentuk dan dikelilingi oleh Samudera Panthalassic yang besar. Ukuran Pangaea yang sangat besar menyebabkan bagian dalam benua menjadi dingin dan kering, sedangkan bagian pesisir menjadi hangat dan lembab. 

Peningkatan suhu di seluruh Permian memungkinkan diversifikasi organisme yang cepat. Kehidupan tumbuhan darat meledak dan menyediakan sumber makanan penting bagi banyak hewan darat dan memungkinkan berkembangnya kehidupan di darat. 

Salah satu jenis tumbuhan tersebut adalah genus Glossopteris yang telah punah, dengan daun berbentuk lidah. Peningkatan kehidupan tanaman berkontribusi pada peningkatan kehidupan serangga karena serangga membentuk asosiasi dekat dengan tanaman. 

Hemipterans (serangga sejati) dengan mulut penghisap mulai muncul di Periode Permian. Serangga yang juga hidup pada Periode ini yaitu Meganeuropsis, genus serangga mirip capung yang berukuran raksasa dan menguasai langit Permian sebelum burung, pterosaurus, dan kelelawar.  

Dua jenis hewan penting yang mendominasi daratan selama Periode Permian yaitu Synapsida dan Sauropsida. Synapsida yang memiliki satu bukaan temporal di tengkorak mereka, dianggap sebagai nenek moyang mamalia.

Synapsida terkenal yang hidup selama Periode Permian adalah Dimetrodon, yang dikenal dengan layar besar di punggungnya yang ditopang oleh duri bertulang. 

Dimetrodon umumnya disebut sebagai dinosaurus atau sebagai nenek moyang dinosaurus padahal sebenarnya, dia lebih erat terkait dengan mamalia daripada dinosaurus dan punah selama Periode Permian, sekitar 40 juta tahun sebelum munculnya dinosaurus paling awal. 

Sauropsida memiliki dua bukaan temporal di tengkorak mereka dan merupakan nenek moyang reptil seperti dinosaurus dan burung. Synapsida, menurut catatan fosil, tampaknya lebih dominan daripada Sauropsida. 

Namun, Sauropsida tampaknya lebih mampu bertahan dalam kondisi yang menyebabkan kepunahan pada Periode Permian dan menjadi lebih dominan daripada Synapsida setelah Permian. 

Di lautan dangkal, terumbu karangnya besar dan kehidupan diantara terumbu karang sangat beragam. Amon dan Brakiopoda sangat mendominasi kehidupan laut dangkal. 

Sedikit yang diketahui tentang kehidupan di laut yang lebih dalam dari Samudera Panthalassic karena sebagian besar bukti fosil terkubur dalam, tetapi ikan bertulang rawan seperti hiu dan pari sangat umum ditemui. 

Pada akhir Periode Permian, kondisi menjadi tidak cocok untuk sebagian besar kehidupan dan sekitar 95% spesies laut menjadi punah dan 70% spesies organisme darat juga punah. Itu juga merupakan salah satu dari sedikit kepunahan massal serangga yang diketahui. Banyak spesies tumbuhan juga punah. 

Ada bukti fosil bahwa dulunya ada hutan konifer yang luas di Eropa modern yang musnah pada periode Permian. Jamur tidak terkena dampak separah organisme lain, kemungkinan karena banyaknya bahan tumbuhan dan hewan mati yang tersedia untuk dikonsumsi. 

Karena banyaknya spesies yang mengalami kepunahan, kepunahan massal yang terjadi antara Periode Permian dengan Triass dijuluki dengan The Great Dying atau The Great Permian Extinction dan dampaknya masih terasa hingga sekarang. 

Misalnya, Bivalvia, yang bukan merupakan bagian besar dari fauna laut Permian, mampu mendominasi lautan di atas organisme lain karena banyak spesies Gastropoda dan Brakiopoda terbunuh. Bivalvia masih sangat umum di lautan saat ini. 

Penyebab kepunahan massal Permian-Triass masih diperdebatkan oleh para ilmuwan. Tidak jelas apakah itu terjadi secara bertahap selama ribuan tahun, atau apakah itu terjadi karena peristiwa bencana secara tiba tiba.

Salah satu kemungkinan penyebab kepunahan tersebut adalah peristiwa vulkanik besar yang menghasilkan basal banjir, yang juga dikenal sebagai perangkap Siberia. 

Letusan itu menutupi sekitar 2 juta kilometer persegi dengan lava dan merupakan salah satu peristiwa vulkanik terbesar dalam sejarah bumi. 

Letusan itu mungkin telah menyebabkan sejumlah besar karbondioksida dilepaskan ke atmosfer dan menyebabkan efek pemanasan global skala besar lebih dari 10 C di darat dan sekitar 8 C di lautan dalam waktu yang cukup singkat. 

Letusan itu mungkin juga menyebabkan aerosol asam dan awan debu dilepaskan ke atmosfer dan menghalangi cahaya matahari dan mencegah fotosintesis terjadi, secara efektif menyebabkan banyak rantai makanan runtuh. 

Penyebab lain yang mungkin, tetapi terjadi secara bertahap selama jutaan tahun, adalah pembentukan Superbenua Pangaea. Ketika Pangaea akhirnya terbentuk di tengah tengah Permian, terjadi penurunan luas lingkungan laut dangkal yang cukup besar. 

Lingkungan laut dangkal ini adalah bagian paling produktif dari lautan dan menghasilkan banyak oksigen di planet ini. Tanpa mereka, planet ini mungkin mengalami penurunan jumlah oksigen yang tersedia. Daerah ini juga merupakan rumah bagi banyak organisme yang menjadi dasar rantai makanan. 

Penurunan luas habitat oganisme ini berarti penurunan ketersediaan makanan bagi sebagian besar organisme laut. Pembentukan Pangaea mungkin juga berdampak pada sirkulasi laut yang pada gilirannya mempengaruhi sirkulasi nutrisi di lautan, dan mungkin juga mempengaruhi pola cuaca global. 

Kemungkinan penyebab kepunahan lainnya adalah peristiwa tumbukan, seperti meteor yang terkenal membunuh dinosaurus pada akhir Periode Cretaceous. Kepunahan Permian tampaknya terjadi dalam dua atau tiga gelombang kepunahan. 

Dua atau lebih tumbukan terpisah mungkin dapat menyebabkan peristiwa ini. Beberapa bukti yang mungkin untuk peristiwa tumbukan adalah pecahan meteorit di Australia, kuarsa terguncang yang langka di Australia dan Antartika, dan kawah di Australia. 

Jika meteor memang berdampak pada bumi selama waktu ini, kemungkinan besar meteor itu akan mendarat di lautan. Karena dasar laut di daur ulang oleh aktivitas tektonik setiap 200 juta tahun, bukti dampak apapun kemungkinan besar akan hilang. 

Skenario yang paling mungkin adalah bahwa kepunahan massal permian disebabkan oleh kombinasi dari banyak peristiwa yang bersama sama membuat bumi tidak cocok untuk sebagian besar kehidupan. 

Penting bagi para ilmuwan untuk mencoba memahami kondisi selama kepunahan massal Permian karena ini akan membantu mereka untuk lebih memahami krisis iklim yang kita hadapi saat ini dan mungkin membantu mengambil tindakan untuk menghindari peristiwa kepunahan yang akan datang.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun