Mohon tunggu...
Aprian Darso
Aprian Darso Mohon Tunggu... -

Pejalan sambil memotret keindahan alam Indonesia, agar tetap indah dan asri "Selamanya Indonesia"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Entikong, Perbatasan Terdepan Indonesia

30 Januari 2016   23:29 Diperbarui: 30 Januari 2016   23:44 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau besar di Indonesia, pulau ini terdapat 3 negara berbeda namun tetap masih satu rumpun, ada Indonesia negara kita tercinta, ada Malaysia, dan ada Brunei Darussalam. Hari ini masuk hari ketiga, dimana rute hari ini dari Hotel Hong Long menuju Entikong untuk mengeksplorasi perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, lalu kembali ke kota Pontianak.

Sekitar pukul 7an matahari tanggal 28 Jan 2016 pagi ini sangat terik dan nyentrik banget, sarapan pagi ini dikirimi oleh panitia penyelenggara ke masing-masing kamar para risers. Habis makan waktunya kita bergegas untuk check out, dan memasukkan barang-barang bawaan ke mobil. Lalu siap memanaskan mobil yang akan membawa para risers berpetualang hari ini. Mobil Datsun Go+ siap untuk dipanaskan, namun ketika di starter suara hampir tidak terdengar dan terasa halus sekali. Sekarang biarkan mobil itu tetap menyala mesinnya, giliran kita para risers memanaskan atau merenggangkan otot-otot kita biar lemes, ga tegang. Kemudian briefing sebentar dari R.C yang akan memberi sedikit pengarahan situasi dan kondisi nanti dalam perjalanan. Sebelum memulai setiap kegiatan apapun, dan di manapun ada baiknya berdoa terlebih dahulu agar diberi kemudahan dan kelancaran. Doa dipimpin oleh R.C dan doa dimulai, Amin YRA...

Perjalanan memakan waktu kurang lebih 3 jam an dari Hotel Hong Long menuju Entikong, dalam perjalanan driver fokus memperhatikan jalan, co driver memantau arahan dari R.C lewat HT, dan penumpang siap memberikan informasi kepada warga Indonesia lewat social media. Yang asyik itu ketika R.C memberikan arahan Risers dibelakangnya siap untuk men take over kendaraan di depan R.C.

Oke, Riser 1, 2 aman, aman, aman kata R.C, kemudian Riser berikutnya memberikan informasi kepada Riser dibelakangnya mengabarkan situasi di depan jalan apakah dalam keadaan aman atau ada hambatan dari cacing-cacing, ayam, atau babon yang menggangu dari arah berlawanan.

[caption caption="para risers siap untuk men take over babon di depan"][/caption]

Jam 11an kita sampai di Entikong perbatasan negara Indonesia dengan Malaysia, kita para risers siap mengeksplorasi perbatasan. Sesampainya disana banyak mobil Indonesia dan Malaysia berlalu lalang, karna plat mobilnya yang sudah terlihat berbeda, disini terdapat juga bis-bis antar negara seperti yang saya liat jurusan Pontianak - Kuching, Malaysia - Brunei.

[caption caption="mobil tetangga sebelah"]

[/caption]

Di antara Perbatasan Indonesia dengan Malaysia terdapat zona netral, apakah zona netral ini?apakah netral sering manggung disini. Ternyata bukan sob, menurut informasinya zona netral ini adalah daerah perbatasan antara dua atau beberapa negara yang tidak ditempatkan pasukan-pasukan tentara dan kubu-kubu pertahanan. Zona ini berfungsi untuk mencegah timbulnya gencatan senjata, sehingga di zona ini hukum tidak ada dan tidak berlaku. Di lokasi ini para pihak keamanan yang berwajib seperti polisi, tidak bisa menangkap siapapun seseorang yang berada di zona netral ini, baik dari polisi Indonesia maupun dari polisi Malaysia.

[caption caption="Kantor Imigrasi Indonesia di jalur darat Entikong, Perbatasan Indonesia - Malaysia"]

[/caption]

[caption caption="Jalur Imigrasi Keberangkatan"]

[/caption]

[caption caption="Jalur Imigrasi Kedatangan"]

[/caption]

[caption caption="Arah ke Malaysia"]

[/caption]

Tak jauh beberapa puluh meter kedepan sebelum memasuki negara tetangga, negara Malaysia, kita berada di Zona Netral dimana ini adalah zona yang benar-benar aman, steril dari pihak keamanan Indonesia dan Malaysia.

Di zona netral kita sudah ditunggu oleh crew dan kepala dusun dari salah satu desa di Entikong bernama Pak Minggu. Pak Minggu akan menceritakan aktivitas sehari-sehari, kebudayaan dua negara tersebut, dan hal-hal yang menarik di wilayah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Pak Minggu menceritakan banyak warga negara Indonesia yang bekerja di Malaysia sebagai tukang kebun kelapa sawit, tenaga pekerja keras dan tenaga kerja rumah tangga, perbedaan upahnya pun sangat berbeda drastis sekali jika warga kita yang bekerja di negara sendiri, upahnya sekitar 50rb-80rb sedangkan jika di negara tetangga upahnya sekitar 120rb-150rb, untuk perbedaan upah yang sangat jauh Pak Minggu berkata jika upah di Indonesia kita tidak akan cukup, sangat kurang sekali untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sedangkan di upah di Malaysia kita masih bisa nafas, cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

[caption caption="Pak Minggu yang berbaju kuning"]

[/caption]

[caption caption="Pak Minggu menjelaskan keadaan di wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia"]

[/caption]

[caption caption="Pak Minggu menjelaskan di wilayah Zona Netral"]

[/caption]

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari disini, banyak warna negara kita yang lebih memilih belanja di negara tetangga, katanya pasar di negara tetangga lebih lengkap dan murah dibanding negara kita, dan lokasinya lebih dekat, kurang lebih sekitar 1 jam menggunakan kendaraan sedangkan di negara kita sendiri harus berkendara kurang lebih 4 jam.

Kemudian untuk layanan kesehatan juga, kita kalah jauh dari negara tetangga, jika sakit atau saat dalam keadaan kritis penanganan kesehatan tim medis di negara kita sangat lambat sekali, untuk meminta mobil ambulance pun membutuhkan waktu yang sangat lama, sedangkan untuk negara tetangga layanan kesehatan cepat tanggap, ambulance pun siap sedia, dan tim medis cepat bertindak.

Jadi banyak negara kita saat ini lebih memilih bekerja, berobat dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di negara tetangga dibanding negeri sendiri. Untuk saat ini kita akui kalah telak dari negara tetangga untuk fasilitas tersebut, namun suatu saat nanti saya percaya keadaan akan berbalik, entah itu kapan akan terjadi. Yang pasti semua pihak, baik itu pemerintah pusat atau daerah, bergotong-royong mewujudkan dan menjadikan daerah-daerah perbatasan terdepan Indonesia lebih maju. Melihat perbedaan yang timpang jauh ini, kita sebagai warga Indonesia sangat sedih dan miris sekali hidup di perbatasan terdepan Indonesia, namun kita mesti bangga juga bahwa pembangunan di Malaysia yang dekat dengan perbatasan wilayah Entikong Indonesia - Tebedu Malaysia, pembangunan disana hampir seluruhnya yang mengerjakan adalah Orang Indonesia, horeee, mendengar itu senang sekali ada yang bisa dibanggakan.

Beberapa menit setelah Pak Minggu menjelaskan hujan turun sehingga para risers dan crew berteduh di pasar sekalian makan siang karna waktunya sudah menunjukkan untuk makan siang.

[caption caption="makan siang"]

[/caption]

Habis lunch, para risers dan crew menuju pasar tradisional yang dekat dengan perbatasan untuk belanja oleh-oleh, banyak jajanan oleh-oleh disini berasal dari produk Malaysia seperti yang terkenal susu milo.

[caption caption="pasar dekat perbatasan"]

[/caption]

[caption caption="belanja oleh-oleh"]

[/caption]

Jajanan oleh-oleh semua siap dibungkus dan dimasukkan ke dalam mobil untuk dibawa pulang ke Jakarta, sekitar jam 2an siang semua para risers dan crew bergegas untuk kembali ke Kota Pontianak untuk bermalam dan beristirahat sehari lagi karna besok sore para risers akan terbang untuk kembali lagi ke Jakarta. Dalam perjalanan ke Kota Pontianak para risers dan crew melewati jalan yang benar-benar hancur dan berdebu, penderitaan pun belum selesai karna hujan turun dengan derasnya, jarak pandang terbatas dan keadaan saat itu matahari bersinar dengan cahaya terangnya, sangat aneh bukan?, inilah yang dinamakan Kota Khatulistiwa.

[caption caption="hujan deras, namun matahari bersinar terik"]

[/caption]

[caption caption="jalanan hancur, licin dan berdebu"]

[/caption]

[caption caption="jalanan hancur dan berkerikil"]

[/caption]

Perjalanan dari Entikong ke kota Pontianak memerlukan waktu sekitar 4-6 jam tergantung keadaan situasi kondisi jalanan saat itu. Jam 10an malam kita sampai di Hotel Gardenia dan langsung disambut dengan makan malam, kita para risers makan malam dengan lahap sekali, maklum perjalanan panjang menguras tenaga dan pikiran yang harus selalu fokus ke jalan. Makan malam selesai seharusnya ada acara, namun ditiadakan dan berubah jadwal menjadi besok pagi karna memang saat itu para risers benar-benar kelelahan, capek dan ngantuk berat. Sebelum beristirahat masing-masing setiap team para risers diminta untuk mengumpulkan minimal 15 photo selama dalam mengikuti perjalanan Datsun Risers Expedition Etape 3 Kalimantan untuk dinilai oleh para dewan juri. Dan hari ketiga akhirnya selesai, tibalah waktu yang ditunggu-tunggu yaitu waktunya istirahat tidur malam biar besok semangat lagi jalan-jalannya di hari ke empat hari terakhir perjalanan Datsun Risers Expedition Etape 3 Kalimantan. Hooaammmmm, ngantuk..lanjut besok lagi ya.

Seperti biasa biar tidurnya bisa lebih semangat lagi, kita yel-yel dulu.

1

2

3

#DatsunRisersExpedition Go...Go...Go

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun