Malam gulita tanpa indahnya cahaya bintang menerpa. Bulanpun malu menapak pendar indahnya. Aku hanya remaja 18 tahun dengan sejuta angan. Sudah cukup lama dikata aku menapak pada dunia fana ini dari belajar merangkak hingga fasih berlari. Namun selama itu belum kudapat makna sesungguhnya perjalanan hidup ini.
Malam ini sama seperti malam lalu, aku termenung menatap kelamnya malam. Memikirkan sederet capaian masa depan yang setidaknya ingin kugapai. Aku ingatkan satu hal yang membuatku menyesal sampai sekarang yaitu tentang "waktu". Taukah betapa berhargannya itu?.
Aku sadar terlalu menyia-nyiakannya karena dahulu tak ada hal yang ingin kulakukan. Tapi sesal selalu datang diakhir bukan?.
Aku mulai ingin menata sesuatu capaian dari waktu yang tertata rapi ,bukan terforsis membebani diri tidak aku tak ingin melakukannya. Setidaknya niat itu sudah ada dalam diri.Â
Aku tak ingin terobsesi dengan waktu hanya menata beberapa hal yang dulu pernah membuatku terpelosok akannya. Menyiakannya tanpa ada perubahan berarti memang suatu kendala dalam capaian masa depan yang bisa dikata membutukan masa yang cukup lama dalam mengapainnya.
Cukup sudah beberapa menjadi penyesalan tak berarti. Malam ini mungkin akan sama dengan malam berikutnya, waktu memang selalu begitu adanya , namun akankah aku dapat mengubah jalannya menjadi capaian nyata tanpa angan belaka?, tentu proses akan memgiringinnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H