engkau yang senang berlari dalam jemala kala senja tiba
mengapa tak beranjak dari peraduan geta di sudut kamar ingatan?
diam dan bersemayam menggenggam sekotak mimpi pun harapan
tak kau lepas meski berulang kali kupinta dengan gamang
jangan kau kunci pintu jemalaku!
sedang ku hanya bisa mengetuknya perlahan,
setengah karsa tak mampu kukumpulkan
untuk mendobrak masuk dan mengusir kau
pada pagi saat baskara menebar denyarnya
elegi sunyi terasa perih dalam relung sukma
setelah semalaman kita bersawala
tentang cinta yang sudah ronyok tak berdaya
dura, Sayang, kukekalkan pada ujung pena
menulis tentangmu berkali-kali dengan bahasa sunyi yang sama
berlatar luka pun angkara tiada beda
masih belum ada pancarona yang terhias sempurna
lalu apalagi yang bisa kuabadikan dalam puisi tentang senja?
selain engkau dalam balutan frasa duka...
- Jakarta, 06 Juli 2020 -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H