Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maha Nirmala

27 Juli 2020   11:31 Diperbarui: 27 Juli 2020   11:20 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelak, kudengar suara. Gemuruh lumbung langit yang menyimpan sejuta cerita renjana. Adalah karsa, semara, dan segala yang kau bilang maha nirmala. Mendekam dalam sukma, kelopak-kelopak aksara pancawarna. Kau tunggu rama-rama sebarkan nektar bagi indera yang haus asa.

Pada luruh, kau menjuntai hias rima. Menyusunnya dengan hati, berhati-hati. Agar koma tak perlu ada. Tak perlu jeda, untuk lukisan rasa yang berputar bak bianglala dalam atma. Kasih, di detik terakhir swastamita, tercipta rupa-rupa pesona asmaraloka. Silau kau dibuatnya.

Bukan jingga, kali ini kau tatap lazuardi penuh tanda tanya. Persimpangan mana lagi kau harus bertekuk lutut dan menerka. Mengurai takwil takdir yang sudah tertulis sejak purba. Tanpa aba-aba, gegas kau ambil arah. Memunggungi ia yang berbeda ranah.

Dersik angin pada dedaunan yang mengalum dibabat nelangsa. Kau hirup dalam-dalam silir hingga rongga dada. Diam-diam menghabisi rasa yang tak boleh ada.

Engkau tiba. Di akhir perjalanan sebuah dosa.

- Jakarta, 28 Juni 2020 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun