Kesunyian mencakar wajah malam. Pedapa mengakar jauh ke dalam daksa diam-diam. Tapi tafsir tentangmu tidak pernah selesai dalam semalam. Butuh satu dua larik berima. Hingga genap ia lahir sempurna.
Hulubalang berseru dalam debu. Gaungkan kematian dalam sekali pacu. Mantap berpijak pada sanggurdi, gahar kau tebas pucuk semara. Sebelum sempat merekah, kesumba mengalir deras bersama asa. Langgas satu cerita. Dalam lakon hikayat tentang dura.
Apa yang tersisa kini? Panggung buana bukan lagi cerita Rama dan Shinta. Sengkarut jagat raya tersapu seloka tanpa pendar cahaya. Aku menjelma fakir hina nan papa. Tak punya apa-apa. Untuk kau ambil lagi setelah cinta.
- Jakarta, 19 Juni 2020 -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H