Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Haribaan Bentala

18 Mei 2020   21:32 Diperbarui: 18 Mei 2020   21:34 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nanti, Ar, di haribaan bentala, kamar-kamar tercipta untuk satu raga. Kepulangan yang sebenar-benarnya. Sementara daksa menjelma kunarpa, doakan aku di setiap malamnya. Seakan aku masih bisa mendengar, lantun syadu dari ranum bibirmu.

Jangan bersedih, Aruna!
Sebelum cinta, kita telah belajar kehilangan segala. Dersik angin kemarau menggeragas daksa. Pun hujan airmata, telah khatam kita maknai sebagai pelepas lara. Gumpalan sunyi sudah sebegitu lekat dalam jiwa, Ar. Jingga senja tak mampu mengabadikan semara...

Kalau nanti itu tiba, Ar... Dengan sukacita kusambut lengan mair yang menjulur tanpa ulur. Usai sudah lakon dalam buana, tempat semua bermula. Pulangku pada muara, kelak kau tasbihkan sebagai hari paling nestapa. Bahagia kita, selesai dalam satu masa...

- Jakarta, 18 Mei 2020 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun