pada swastamita ia layarkan kesah
tak peduli hari ini pemimpin negeri kembali bertingkah,
ia harus mengarungi Laut Banda yang megah
demi lembar-lembar rupiah
sang nelayan menebar jaring keseribu kali,
ikan-ikan tak peduli
mereka kenyang makan berbagai sampah polusi
berenang di samudera katastrofe...
ah, lautku kini tak biru lagi!
"lalu bagaimana makan anak istriku esok hari?", batin sang nelayan
camar berterbangan di atas jemala
sang nelayan berlabuh
singgah di pelabuhan peluh,
mengaduh.
- Jakarta, 21 Oktober 2019 -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!