Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mari Kita Tertawakan Eros!

25 Maret 2019   14:51 Diperbarui: 25 Maret 2019   15:08 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebermula fajar menyingsing, rekah kelopak bunga bunga dimanjakan tetes embun sedari malam. Ada candu pada rindu yang ingin segera temu. Meski kini aku tunggal. Tinggal sendirian. Mencoba setabah gurun, saat yang lain dicumbu penghujan. Menikmati kebebasan seperti burung, meski didera musim bergantian. Rindu ini bersandar pada ketiadaan, tak akan dipinang. Kau, enggan datang. Tinggalkan senja yang berwarna kecemasan. Sebuah jingga, untuk mereka dengan ingatan yang menolak lupa.

***

Aku bersenggama dengan setubuh sunyi. Melahirkan sekata tentang yang sakit hati. Malam ini, sayang, mari kita tertawakan Eros!  Dan mereka yang gigil untuk merumahi semesta..... Dan mereka yang candu untuk mengail cinta..... Malam ini, sayang, mari dandani kesedihan dengan sedikit cahaya. Karena hanya malam yang paham. Seberapa sunyi dapat menjadi nyanyian gamang. Aku paham. Maka kamar pikir kukunci diam diam. 

***

Dini hari hujan masih setia menemani. Petrichor pertama yang sanggup membawa kembali. Bayangmu yang makam bersama ribuan luka dan sunyi. Maaf, namamu masih kapital. Dalam puisiku kau kekal..... Sekekal aku yang tertumus di kedua lengkung alismu. Tepat di antara kedua matamu yang sublim. Tenggelam dalam sorot matamu yang teduh. Menenggelamkan seluruh ingin. Membuang sauh sejauh mungkin. Ke dalam dadamu. Ke seluruh inci tubuhmu..... Aku cinta segala tentang kita yang tak mungkin.

***

Tuan,
Ia ingin kembali hidup
Di rumpang sajak yang kau tulis
Sebagai sebuah hujan,
Bersama secangkir kopi dan seporsi rindu

Ia ingin kembali hadir, Tuan...
Di antara rajutan aksara, titik, dan koma
Tanpa pernah ada tanda tanya
Menguar harum bunga bunga yang kelopaknya pernah tanggal

Ia ingin.....
Sekali lagi mengetuk pintu ingatan,
dan tinggal....

***

Tuan.....
Kau adalah ketidakmungkinan yang aku langitkan,
Aku adalah kesalahan yang kau makamkan.....

- Jakarta, 25 Maret 2019 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun