Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sangkur Aksara...

18 Desember 2018   08:20 Diperbarui: 18 Desember 2018   08:33 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pagi....."
Bariton khas kembali menyapa
Suara yang pancarona
Di tempat paling jauh tak bernama
Imajiner paling rahasia

Kamu tuan
Bagi rasa tanpa rumah yang embara

***

Sepenggal galah mentari naik di langit Jakarta
Kata kata hilang selepas sapaan yang pertama
Seketika kau menjelma dingin yang hening
Tanpa nyalang di kedua bola mata
Sisakan aku yang bernala-nala melogika
Sungguhkah akhir padahal segala belum tercipta?

...

Mata kopiku menatap tajam
Segulita pikiran terbang lampaui imaji yang terliar
Sejurus kemudian, angan melahirkan ingin sebagai anak haram
Harus mati diujung pena puisi yang karam

Sebatang rokok hampir habis
Kau belum juga mati di sangkur aksaraku yang bengis...

- Salatiga, 13 Desember 2018 -

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun