Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi│Hingga Tutup Usia

9 September 2018   12:25 Diperbarui: 9 September 2018   13:19 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(image: playbuzz.com)

Umurku mungkin hanya sepanjang galah. Ragaku kelak akan cepat lelah. Berangsur memutih, rambut juga akan berubah. Ingatan akan punah tentang segala tapi tidak tentangmu yang tercinta, hingga tutup usia.

---

Doa-doa perihal engkau menjelajah setiap sudut langit. Mencari celah terkecil agar cepat sampai pada Tuhan. Sejurus kemudian riuh para penunggu langit. Coba tangkap doa yang menyasar kesana kemari dengan gesit. Tuhan tergelak tertawa hingga lari terbirit birit! Dikejar doaku yang melawan sengit agar diterimanya dengan baik..... Ah, andai kau tahu, betapa dahsyat doa tentangmu. 

Diam-diam di sepertiga malam, dalamnya sujud kubasuh dengan airmata cinta. Tiap tengadahnya kuhela nafas bahagia. Setiap aminnya adalah bujuk rayu pada Tuhan Pencipta Semesta. Karenamu, sungguh doaku menjelma menjadi jembatan, lintasan terdekatku dengan Tuhan.

---

Hingga nanti tiba masa kau tak cukup lagi di ruang hati. Terlalu sempit ia menampung segala emosi. Sedang kau terlalu besar dengan racikan ego, mimpi, harap, bahagia, namun juga benci. 

Aku hanya bisa menampung muntahan angkaramu dengan pasrah. Sementara tanganku memeluk jiwamu yang resah. Mungkin kita akan bersimpang jalan, tapi akan selalu kuajak kau pulang. Akan selalu kucari sejauh apapun kau pergi. Karena hanya aku yang akan mencintai kau sebaik elegi yang tercipta saat malam mengecup senja tiap hari.

---

Kau tahu, Nak... Apa yang terbaik dari seluruh doaku? Ia selalu berkelana sejak purba. Sejak kau masih segurat takdir di angkasa. Menunggu sabar sampai pintu langit terbuka, dan Tuhan kabulkan segala.

Doaku akan selalu hidup untukmu, Anakku. Meski nanti Ibu sudah tiada.

- Jakarta, 09 September 2018 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun