Mohon tunggu...
Mina Apratima Nour
Mina Apratima Nour Mohon Tunggu... Jurnalis - :: Pluviophile & Petrichor ::

IG @fragmen.rasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi │Tabah yang Gundah

6 September 2018   12:30 Diperbarui: 6 September 2018   12:36 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti inilah seharusnya hujan. Menawarkan rindu yang sejuk. Rindu yang memiliki rumah. Rindu yang tersungkur di lenganmu. "Seperti inilah seharusnya hujan", aku bergumam. Sedang engkau tak berpulang. Ah, hujan yang seperti itu cuma mimpi ternyata.

--

Memeluk ingin di udara yang dingin, aku pastikan hati tabah memupuk cinta yang gundah. Karena menunggumu tak lagi tentang waktu. Tapi tentang takdir. Seberapa jauh kata kata terus mengalir, mengamini cinta yang sudah di titik nadir. Kau kah yang akhirnya datang? Meminang kedua mata ini mengakhiri musim penghujan. Menghentikan tetesan air yang jatuh berkali kali, demi sebuah pertemuan yang entah kapan.

--

Musuhku adalah ingatan. Selalu memutar kenangan yang kau bilang lupakan. Punggungmu ku jadikan sandar. Sedang tubuhku bak padang ilalang. Tempat peristiwa usang bersemayam. Jauh dari puas dan tenang. Sandarku hilangkan kekalutan. Tanpa sadar, engkau mulai memudar.

--

Akhirnya mencintaimu adalah perpaduan antara takdir dan doa. Bukan tentang jejak, apalagi jarak. Mencintaimu adalah keyakinanku. Bahwa kau ada, meski tak tampak.

- Jakarta, 07 Mei 2017 -

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun