"Banyak orang yang anti imunisasi mempertentangkan imunisasi dengan thibbun nabawi, seolah-olah mengesankan orang yang imunisasi itu tidak suka thibbun nabawi, ini su’uzhan namanya. Padahal sangat-sangat mungkin kalau kedua-keduanya dipakai. Imunisasi juga, thibbun nabawi juga. Dan perlu diingat, thibbun nabawi itu hukumnya juga MUBAH, bukan sunnah atau wajib. Seseorang boleh pakai thibbun nabawi, boleh juga tidak, dan ia tidak berdosa dan tidak tercela. Jangan menjadikan perkara ini menjadi perkara ibadah.
Yang tercela adalah, orang yang tidak mengimani dan tidak mempercayai keutamaan thibbun nabawi. Misalnya tidak percaya, bahwa air zam-zam itu khasiatnya sesuai hajat peminumnya. Tidak percaya bahwa madu itu syifaa-un linnaas. Tidak percaya bahwa habbatus sauda adalah obat segala penyakit. Dan lainnya. Karena dalil-dalil akan hal itu shahih."
"...Betapa banyak anak yang tidak diimunisasi meninggal. Dan betapa banyak pula, ribuan bahkan jutaan, yang diimunisasi tapi baik-baik saja.Itu menunjukkan bahwa imunisasi ata tidak, bukan sebab dari kematiannya. Bahkan secara statistik saja tidak menggambarkan adanya hubungan sebab-akibat. Selain memang karena takdir Allah, setelah itu juga disebabkan faktor-faktor lain.
Imunisasi tidak bisa digolongkan su’uzhan billah, karena ia merupakan upaya mengambil sebab atas musabbab. Karena ada endemi penyakit, maka ada imunisasi. Andai digolongkan sebagai su’uzhan billah maka minum suplemen, minum susu penguat tulang, minum madu, juga su’uzhan billah karena semuanya itu mencegah hal-hal yang buruk. Dan tidak ada ulama (setahu kami) yang menyatakan imunisasi itu su’uzhan billah, mereka hanya menimbang masalah bahan pembuatnya."
dampak penyebaran antivaksinasi
oleh Andi
"1. Terkait dengan ketakutan saudara2 yang kontra dengan imunisasi akan bahan-bahan yang dianggap “berbahaya”. apakah sudah dikaji betul atau sudah ada pengkajian yang komprehensif tentang bahaya tersebut?Berbahaya atau tidaknya suatu substansi bukan hanya semata-mata karena “kandungan A bisa menyebabkan kanker, autisme dll”, karena ada atau tidaknya suatu substansi tidak lantas otomatis lansung menimbulkan bahaya besar, melainkan terkait dengan banyak hal : lama waktu paparan terhadap substansi, dosis, usia pasien, rute masuknya substansi (percaya atau tidak, sebagian besar bisa ular bisa ditelan tanpa efek berarti) apakah pihak yang menyatakan “bahaya” punya data terkait hal-hal ini? terutama dosis?
2. setuju dengan “Jangan meyebarluaskan penolakan imunisasi”Sebagian besar yang kontra dengan imunisasi akan menyarankan pola hidup sehat, konsumsi makanan yang sehat dan lain lain. Saya doakan semoga benar dan anda berhasil menjaga keluarga tetap sehat tanpa imunsiasitetapi bagaimana dengan separuh masyarakat Indonesia yang masih berada dibawah garis kemiskinan? Jangankan untuk membatasi diri hanya mengkonsumsi makanan sehat, bisa makan saja sudah syukur? jangankan untuk membersihkan lingkungan, lha tempat tinggalnya saja di tempat sampah? karena itu, sebaiknya agar yang kontra supaya tidak usah disebar luaskan, dan cukup dipraktekkan ke diri sendiri dan keluarga saja."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H