Respon untuk berita Penghilangan Rubrik Agama(di-publish supaya didengar dan tidak cuma saya komentar)
Penghilangan rubrik agama ? Kenapa ? Kenapa ? Kenapa ?
Oh LEBAYnya !
Segala sesuatu di dunia ini mah emang punya sisi positif dan negatifnya.
Jgn sok lupa & ga mengakui gitu deh kita2 ini.
Masa krn beberapa debat panas atau ada topik nyeleneh langsung jiper, terus cm terpaku dgn negatifnya DOANG, dan main hilang-menghilangkan saja ? Kyk pemerintah OrBa aja ..
Untuk rubrik agama sendiri, dengan keinginan yg besar untuk mengingatkan, manfaat rubrik agama JAUH LEBIH PENTING daripada efek negatifnya .
Dgn adanya rubrik agama, bukannya menjadi media komunikasi yg bagus , baik utk perenungan ke diri sendiri ataupun pengenalan agama2 lain dengan ujung dapat meningkatkan toleransi beragama? Bukannya itu adalah esensi iman, yaitu pengenalan ke Tuhan dan dapat mengasihi sesama manusia juga?
Klo kata iklan, butuh nyali untuk menjalin kerukunan !
Penghilangan rubrik agama mah namanya Kompasiana udah dehumanisasi anggotanya ( ngajarin kalah perang dulu, terutama untung perang ke diri sendiri ! ) .. Gimana mau bertoleransi dan menjaga emosi di kehidupan nyata klo membicarakan agama di dunia maya aja anda tidak bisa / tahan ?? Bisa2 klo ada orang yg nyeleneh agama sedikit di tempat anda biasa tinggal, anda menjadi menjadi penyumbang angka orang2 gila seperti di Temanggung sana yg seakan2 menjadi Tuhan utk cabutin nyawa sesama . . Pengecut ! Pengecut ! Pengecut ! Anda warga negara yg pengecut !
Solusinya, menurut saya, sudah cukup menyelesaikan (tidak tertutup utk solusi lain :)) dengan mengetatkan penyeleksian atas entri2 agama yg masuk. Entri2 yg terlalu tendensius & menghina suatu agama diblok dan entri2 agama, baik bersifat khusus utk pemeluknya ataupun universal, dinaikkan.
Admin tahu kan bagaimana kriteria entri2 agama yang bagus ?
Dgn solusi itu juga, menurut saya, pribahasa sambil menyelam minum air teraplikasikan di dalam hal keraguan mengenai "bagaimana anak2 di bawah umur membaca entri2 agama di kompasiana" .. Tidak ada entri agama yg 'kasar2' lagi dan jika ada suatu entri dapat menggugah iman seseorang, itu lain hal lagi. Itu sesuatu yg tidak dapat dikontrol & di luar tanggung jawab kompasioner tsbt , apalagi kompasiana!
Kemudian, ada baiknya kompasianer diperlengkapi dengan tombol 'thumbs down' dan 'lapor', sehingga jika ada komentar2 di suatu entri yang mendapat juara dalam mendapatkan 'bata' krn terlalu panas/kejam/saling menghina (bukan pro-kontra loh, pro-kontra normal2 saja), entri itu dapat ditutup sementara sampai si penulis dapat menjamin proses berjalannya diskusi menjadi sehat kembali.
Dengan adanya penekanan pada peran penulis ini, perdebatan dapat cepat dan lebih dijamin penyelesaiannya dikarenakan adanya tambahan partisipasi peran psikologis penulis sendiri. Seorang penulis tidak mau 'buah pikiran'nya lama2 dikurung dan bisa berakhir dgn tragis kan?
Serius deh, berasa kering, jika di hidup ini mulai tiada lagi tempat untuk agama/spiritualitas!
(silakan kalimat di atas boleh diganti menjadi dunia kompasiana ;) )
Terima kasih.
Salam kontra bin damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H