Solusinya, menurut saya, sudah cukup menyelesaikan (tidak tertutup utk solusi lain :)) dengan mengetatkan penyeleksian atas entri2 agama yg masuk. Entri2 yg terlalu tendensius & menghina suatu agama diblok dan entri2 agama, baik bersifat khusus utk pemeluknya ataupun universal, dinaikkan.
Admin tahu kan bagaimana kriteria entri2 agama yang bagus ?
Dgn solusi itu juga, menurut saya, pribahasa sambil menyelam minum air teraplikasikan di dalam hal keraguan mengenai "bagaimana anak2 di bawah umur membaca entri2 agama di kompasiana" .. Tidak ada entri agama yg 'kasar2' lagi dan jika ada suatu entri dapat menggugah iman seseorang, itu lain hal lagi. Itu sesuatu yg tidak dapat dikontrol & di luar tanggung jawab kompasioner tsbt , apalagi kompasiana!
Kemudian, ada baiknya kompasianer diperlengkapi dengan tombol 'thumbs down' dan 'lapor', sehingga jika ada komentar2 di suatu entri yang mendapat juara dalam mendapatkan 'bata' krn terlalu panas/kejam/saling menghina (bukan pro-kontra loh, pro-kontra normal2 saja), entri itu dapat ditutup sementara sampai si penulis dapat menjamin proses berjalannya diskusi menjadi sehat kembali.
Dengan adanya penekanan pada peran penulis ini, perdebatan dapat cepat dan lebih dijamin penyelesaiannya dikarenakan adanya tambahan partisipasi peran psikologis penulis sendiri. Seorang penulis tidak mau 'buah pikiran'nya lama2 dikurung dan bisa berakhir dgn tragis kan?
Serius deh, berasa kering, jika di hidup ini mulai tiada lagi tempat untuk agama/spiritualitas!
(silakan kalimat di atas boleh diganti menjadi dunia kompasiana ;) )
Terima kasih.
Salam kontra bin damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H