Tulisan ini saya buat untuk semua mitra UMKM yang tengah berjuang melawan senjakala UMKM. Saya menyebutnya senjakala, manakala saya dan mungkin teman-teman yang berkecimpung di UMKM mengalami situasi usaha seperti berjalan menuju masa gelap gulita. Dan melalui era new normal ini saya dan kita semua berharap sunrise dan bersinar kembali geliat UMKM di seluruh negeri.Â
Namun demikian, kita harus menyadari dan berkontribusi dalam banyak hal didalamnya. Banyak catatan untuk para pelaku usaha agar status uji coba new normal ini tidak justru menjadi petaka yang membawa kita kembali ke senja dan kehancuran ekonomi tahap kedua.
Masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari tiga bulan ini benar-benar meluluhlantakkan perekonomian masyarakat. Saya sebagai pelaku UMKM pun tak luput dari jerat situasi ini. Omset usaha kecil saya turut turun bebas hingga 90% dari masa normal.Â
Betapa tidak, usaha kecil saya sangat dipengaruhi oleh penganggaran dari instansi, klinik atau perusahaan sedangkan di masa pandemi ini seluruh stake holder saya sibuk membagi dana untuk penyediaan alat pelindung diri (APD) disertai bayang-bayang penurunan pendapatan mereka yang juga turun drastis.
Wacana new normal yang didengungkan oleh pemerintah dalam beberapa hari ke belakang ini nampaknya akan mengubah angin baru yang akan membangkitkan kembali perekonomian masyarakat. Saya pun berharap demikian, bertahan saja sudah cukup-lah bagi saya.Â
Setidaknya saya berharap untuk mampu tidak merumahkan pekerja, dan bisa ada sisa untuk survive hingga pandemi ini berlalu. Terkait masa new normal ini, setidaknya terdapat lima hal yang menurut catatan saya wajib untuk diperhatikan para pelaku usaha.Â
Pertama, new normal bagi bagi UMKM adalah titik ujian dan dispensasi bagi UMKMÂ
New normal atau normal baru atau adaptasi kebiasaan baru ini jika kita lihat secara pesan ekonomi adalah era dimana masyarakat diberikan kesempatan atau dispensasi untuk menjalankan kembali kehidupan perekonomian agar masyarakat tidak berlarut dalam ketidakpastian dan keterpurukan akibat Covid-19 yang sudah terjadi berbulan-bulan.Â
Saya tidak tertarik untuk ikut dalam polemik memaknai arti hidup berdampingan dengan Covid, namun secara prinsip saya sangat setuju dengan kebijakan bahwa kita dapat hidup normal dalam masa pandemi ini. Yakni hidup normal yang baru, dengan mau beradaptasi pada kebiasaan baru yang pastinya tidak pernah kita terbiasa sebelumnya.Â
Dalam berbagai pernyataan dirilis pemerintah, new normal ini adalah masa uji coba yang sangat dimungkinkan akan dicabut kembali apabila trend grafik angka kejadian bergerak naik. Maka di sinilah titik ujian bagi kita bersama, bagaimana caranya secara bersama-sama kita wajib turut melibatkan diri dalam upaya mencegah penyebaran covid-19 ini agar tidak meluas dan kembali menghentikan roda perekonomian kita.Â
Kedua, kita hidup dalam budaya masyarakat yang tidak tertib