Ada anggapan yang kuat bahwa eksistensi diri secara sosial bisa dengan mudah didapatkan tanpa harus memiliki gelar akademik yang berderet. Disisi lain kurikulum pendidikan yang ada sekarang belumlah sepenuhnya mampu membekali peserta didik untuk mampu eksis dalam era disrupsi teknologi seperti sekarang.
Bukankah jika kita bisa trending di Youtube semua embel-embel akademis itu tidak akan berarti apapun? Menurut hemat penulis, ada empat catatan  yang dipahami sebelum kita berpikir untuk mengerdilkan makna dari pentingnya pendidikan formal di era sekarang ini.
Era disrupsi teknologi ini lahir oleh generasi-generasi yang hingga kini masih terus berinovasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan melalui jenjang pendidikan. Dan tanpa ada bekal pendidikan yang memadai, menurut hemat penulis revolusi industri ini tidak akan terjadi.
Lahirnya sebuah perubahan pola pasti diawali oleh proses pembelajaran yang baik dan berkesinambungan.Â
Terlalu dangkal apabila beberapa kelompok hanya melihat hasil dari sebuah content atau output sebuah bisnis berbasis digital tanpa mau melihat sejauh mana pendidikan turut mempengaruhi proses terbentuknya sebuah bisnis yang  digital yang begitu diagung-agungkan ini.
Pendidikan formal-lah yang turut menciptakan mindset digital di kalangan generasi muda saat ini. Terlalu prematur jika kita hanya melihat pak Ndul dari sisi jumlah follower dan conten Youtube yang dibuatnya. Juga (misal) Ria Ricis. Yang kita lihat dari mereka mungkin hanya di ujungnya : penghasilan yang besar, fans dan penggemar yang diwakili oleh jumlah follower sebagai strata sosial di dunia maya.
Kedua, pendidikan formal membentuk karakter akademis pada seseorang.Â
Karakter akademis ini meliputi segala aspek yang turut berpengaruh terhadap perilaku manusia dalam menciptakan, membaca dan berinovasi. Karakter akademis ini pula yang menghasilkan pemikiran dan proses bagaimana seseorang bisa eksis di dunia maya dan dunia nyata.
Karakter akademis ini bisa meliputi pola pikir, lingkungan, gaya hidup, pergaulan sosial, dan juga relationship yang akan berbeda antara seorang yang berada dalam lingkungan akademis dan yang tidak berada dalam lingkungan akademik (baca:tidak sekolah)
Ketiga, disrupsi teknologi belum menyentuh ke disrupsi pola pikir masyarakat.Â