Mohon tunggu...
Apose
Apose Mohon Tunggu... Editor - Praktisi Media, Penyelaras Bahasa Kompas, Penulis Biografi

Bertugas sebagai penyelaras bahasa (Indonesia) di Harian Kompas. Lahir di Pulau Nias. Senang menulis untuk KOMPASIANA, baik tentang Pulau Nias maupun kebahasaan, bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa di Media "Online"

9 Agustus 2012   17:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:01 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara bahasa media massa online, seorang teman saya bertanya, seperti apa bahasa Indonesia di media online sekarang ini? Saya jawab, pengelola media online harus lebih lagi memberikan perhatian dalam penggunaan bahasa Indonesia di setiap beritanya.

Tak dimungkiri bahwa keberadaan media online—sering disebut juga media dot.com atau media dalam jaringan—sekarang ini sudah memberikan warna tersendiri bagi perkembangan media massa, terutama dalam kesegeraan pemerolehan informasi oleh khalayak di mana pun dan kapan pun. Hanya bermodalkan telepon pintar dan atau berbagai kanal lainnya, asal tersambung dengan internet, berita bisa dibaca dan dicerna.

Kini, bisa dikatakan dunia ada di ujung jari semua orang. Tinggal usap, gulirkan, klik, semua informasi bisa dicerna. Hitungan detik, peristiwa di belahan dunia mana pun bisa kita ketahui.

Lalu, kembali pada pertanyaan di awal tulisan ini, bagaimana penggunaan bahasa di media massa online kita di Indonesia, khususnya bahasa Indonesia? Ya, kita semua setuju bahwa kita sering mendapati bahasa yang disajikan dalam media online keliru, baik penulisannya maupun penempatannya dalam kalimat.

Kecepatan pemuatan berita memang menjadi keandalan media online. Setiap pengelola media online selalu berlomba dengan media lainnya untuk menjadi yang tercepat dalam mengunggah setiap berita terkini dan paling aktual. Namun, dalam kesegeraan penayangan berita itu, di situlah ketidaakuratan penulisan bahasa Indonesia terjadi.

Ada ungkapan yang sering disampaikan para pengelola media, "Yang penting tayang dulu dan menjadi yang pertama daripada yang lain". Artinya kata yang salah eja, kalimat yang tidak logis, data yang keliru urusan belakangan." Jadilah kata yang salah tersajikan secara polos kepada pembaca.

Terlepas dari kesegeraan, menurut saya, bahasa di media online harus juga menjadi perhatian para pengelola. Bisa dimaklumi bahwa kebijakan "yang penting tayang dulu" mungkin menjadi andalan, tetapi pada kesempatan berikutnya sebaiknya ada usaha penyuntingan untuk berita yang sudah tayang. Dengan begitu, selain memperoleh berita secara cepat, pembaca juga mendapatkan pencerahan dan pengetahuan berbahasa secara baik.

Membekali Diri

Cara lainnya, pengelola media online perlu membekali para editor dan reporternya untuk selalu menulis menurut kaidah bahasa Indonesia yang baik. Pengalaman saya, tak sedikit para reporter dan editor yang enggan membekali diri memutakhirkan pengetahuan kebahasaannya.

Selain itu, ada juga penulis yang jarang membaca tulisannya setelah melalui penyuntingan. Itulah alasannya kesalahan-kesalahan yang sama terus berulang.

Bila kita merasa malu setiap kita menulis atau melafalkan bahasa Inggris atau bahasa dunia lain secara salah, sebaiknya rasa yang sama juga haruslah kita miliki saat kita menulis atau melafalkan bahasa Indonesia secara keliru. Maju terus media online Indonesia. ~~ Apose

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun