Pendidikan berbasis budaya merupakan mekanisme yang memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran sepanjang hayat. Munculnya paradigma pendidikan berbasis budaya didorong oleh dua tren utama. 1, masyarakat mengarah kembali ke alam budaya  karena menyimpang dari asumsi modernitas yang memuncak. 2, modernisasi itu sendiri menuntut terciptanya demokrasi dalam setiap aspek kehidupan manusia. Berbelok dari itu, pendidikan, baik diinginkan atau tidak, dengan menciptakan ruang partisipasi sosial yang seluas-luasnya dengan inti budaya (politik lokal) dalam arti muatan pendidikan. Harus dioptimalkan.
Pendidikan akan menjadi upaya kolaboratif dengan peran partisipasi dan kearifan sistem nilai budaya yang menyertainya. Dalam konteks ini, partisipasi dalam kerjasama antara warga negara dan negara dalam perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, dan pengembangan kegiatan pendidikan. Sebagai sebuah kolaborasi, masyarakat dan budayanya merupakan subyek tuntutan yang harus dipertimbangkan ketika merencanakan dan melaksanakan program pendidikan berdasarkan akar sistem nilai budaya sendiri.
Kepribadian dalam pembelajaran budaya.
Proses pembelajaran berbasis budaya yang bertujuan untuk masuk akal sangat dinamis. Proses ini memberikan siswa kesempatan untuk mengungkapkan rasa ingin tahu mereka, terlibat dalam proses kreatif analisis dan eksplorasi, menemukan jawaban, dan berpartisipasi dalam proses penalaran mereka sendiri. Proses pembelajaran berbasis budaya sama sekali tidak statis ketika siswa pasif mendengarkan, menerima, mencatat, dan guru terus mendominasi kelas dalam perkuliahan.
Selain itu, dalam proses pembelajaran berbasis budaya, guru mengajar mata pelajaran IPA tidak hanya sebagai mata pelajaran IPA, tetapi juga sebagai kinerja kurikulum. Kegiatan proses pembelajaran tidak hanya bertujuan memfasilitasi interaksi sosial dan negosiasi makna hingga makna tercipta. Dalam hal ini, dari interaksi sosial dalam konteks budaya masyarakat dan hasil negosiasi antara pengetahuan awal siswa dan pengalamannya dengan siswa lain, antara siswa dengan guru, atau antara pengetahuan orang lain. Dapatkan pentingnya.
Sistem Pedagogik Berbasis Budaya.
Proses penciptaan makna melalui proses belajar berbasis budaya terdiri dari beberapa unsur,tugas bermakna, interaksi aktif, penjelasan kontekstual dan penerapan disiplin ilmu, dan pemanfaatan berbagai sumber belajar. (Setelah Brooks, 1993, dan Krajcik, Czerniak), Berger 1999).
Tugas yang bermakna dirancang untuk fokus pada mempelajari keterampilan belajar. Tugas yang bermakna dimaksudkan untuk diturunkan dari pengalaman dan pengetahuan siswa sebelumnya, dan dalam konteks komunitas budaya, tugas yang bermakna menarik perhatian siswa. Rasa ingin tahu, mencari dan menemukan jawaban, serta memfokuskan siswa di seluruh kelas, yang kontekstual untuk memotivasi. Tugas yang bermakna dirancang untuk menjadi lebih luas dan lebih komprehensif, di samping aplikasi kelas (tugas harus berarti tentang apa yang terjadi di sekolah) (Krajcik, Czerniak, Berger, 1999).
Dalam mengetahui berbasis budaya, proses komunikasi linguistik, yaitu pertanyaan, diskusi ilmiah, penyajian penemuan baru, rasionalisasi konsep atau prinsip ilmiah yang dapat dipahami berdasarkan kaidah sains, harus menjadi budaya. Dengan demikian, bahasa akademik telah menjadi bahasa sehari-hari siswa, dan siswa yang dapat berbicara disiplin akademik dalam konteks komunitas budaya juga diharapkan dapat mengajarkan siswa kemampuan berbicara budaya dalam disiplin akademiknya. Akan selesai.
Menggunakan komunitas budaya sebagai sumber belajar memungkinkan siswa untuk memperoleh pengetahuan kontekstual dan bermakna dengan belajar berdasarkan komunitas budaya dan menerapkannya pada komunitas budaya juga. Konsep dan prinsip dalam bidang ilmu pengetahuan harus menjadi solusi atas permasalahan kedaerahan yang muncul dalam budaya masyarakat.
Dengan mempelajari ilmu-ilmu alam/lingungan, siswa juga dapat belajar tentang masalah dan perkembangan budaya masyarakat. Di tepi lain, dengan memahamil budaya masyarakat, kita bisa belajar tentang bidang ilmu pengetahuan alam/ lingkungan. Penggunaan komunitas budaya juga mencakup penggunaan seseorang atau orang (other recognisable person) yang dianggap lebih berpengetahuan dalam komunitas budaya. Dengan cara ini, siswa tidak hanya dapat berpegang teguh pada kelas dan guru. tetapi juga bertanya, menemukan dan menempati konsep dan prinsip di bidang sains dari sesama manusia. Semoga budaya kita semakin maju di mata dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H