Masalahnya adalah bahwa PFAS dapat bocor dari kemasan makanan ke dalam makanan yang dikonsumsi. Ini terutama terjadi ketika makanan cepat saji dipanaskan atau terkena lemak dan minyak, karena zat kimia ini cenderung larut dalam lemak. Saat makanan terkontaminasi PFAS dikonsumsi, senyawa tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menumpuk dalam jaringan tubuh seiring waktu.
Apa Usaha yang Dilakukan oleh Negara?
Dilansir dari laman itb.ic.id, Bahaya PFAS Jika Masuk ke Tubuh Manusia,
Negara-negara kawasan Asia Tenggara sendiri telah menemukan kasus kontaminasi PFAS yang bervariasi. Thailand telah mendeteksi kasus pada air minum, air keran, air permukaan, dan air tanah. Indonesia telah menemukan kasus kontaminasi pada air limbah dan pesisir pantai. Salah satu literatur oleh Brigden et al mencatat keberadaan PFAS pada air limbah tekstil di Kota Bandung.
Sejak penciptaanya pada 1940-an, sudah banyak regulasi yang mengatur peredaran PFAS untuk kepentingan kesehatan, termasuk yang diterbitkan pemerintah Indonesia. Kementerian Pertanian telah melarang penggunaan salah satu jenis PFAS, yaitu PFOS dalam pestisida. Regulasi mengenai konsentrasi PFOS dalam produksi tekstil juga telah diterbitkan Kementerian Perindustrian.
Penanganan untuk mengendalikan keberadaan PFAS telah banyak dilakukan. Metode filtrasi membran dilakukan secara konvensional termasuk osmosis terbalik menggunakan membran semipermeabel yang menyaring ion, termasuk PFAS. Sekarang ini juga sedang dikembangkan metode Thermal Desorption yang memanfaatkan kalor tinggi untuk menguapkan kontaminan.
Bagaimana Cara Menghindar dari Bahaya PFAS?
Bagaimana kita dapat melindungi diri kita dari bahaya PFAS dalam kemasan makanan cepat saji? Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
- Menghilangkan pengunaan bahan kimia PFAS saat produksi kemasan makanan.Â
- Segera mengeluarkan makanan dari kemasan setelah kamu menerimanya.Â
- Pastikan tidak memanaskan kembali makanan yang dibungkus dengan kemasan cepat saji.Â
- Mengurangi konsumsi makan cepat saji. Paling tidak seminggu hanya sekali. Lebih baik untuk membuat makanan di rumah.
- Waspada pada kemasan yang mengklaim ramah lingkungan, karena tidak menjamin produk tersebut bebas PFAS.Â
- Pilih makanan segar: Lebih baik memilih makanan segar dan alami daripada makanan cepat saji. Makanan segar memiliki kemungkinan lebih kecil terkontaminasi dengan PFAS.
- Bungkus ulang makanan: Jika Anda membeli makanan cepat saji dan ingin membawanya pulang, sebaiknya bungkus ulang makanan tersebut dengan wadah yang aman, seperti kaca atau stainless steel.
- Hindari pemanasan makanan di dalam kemasan: Jangan memanaskan makanan cepat saji langsung di dalam kemasan plastik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H