"Mak, saya mau nulis,"
"Apa nak?!" tanya emak. Ia meminta agar Andi mengulangi ucapan karena tadi terlalu fokus pada aktivitasnya.
"Andi mau nulis," jelas Andi sekali lagi.
Si emak pun tergesa mengambil alat tulis Andi yang berada tidak jauh dari tempat mereka semula. Ada perasaan tidak biasa pada diri emak. Entah senang, girang, bersyukur, atau apalah namanya. Yang jelas, ini pertama kali Andi berbicara demikian. Biasanya selalu dipaksa emak untuk menulis. Itu pun Andi banyak membantah.
Setelah alat tulis berada pada Andi. ia mulai duduk di samping meja belajarnya. Pensil mungil dipegang, jemarinya meliuk indah di atas kertas. Coret sana-sini. Dikacaukan lagi. Coret lagi. Kadang ada terbentuk satu dua seperti huruf abjad atau angka serta ada lagi yang berbentuk gambar. Si Andi asyik menulis sendiri. Emak pun tersenyum tak tanggung-tanggung.
Dari cerita di atas, dapat kita simpulkan bahwa setiap anak memiliki karakter masing-masing dalam menghadapi dunia belajar. Ada yang cerdas dan penurut, ada yang dibujuk terlebih dahulu, ada yang mengikuti kemauan sendiri, dan banyak lagi. Kita, sebagai orangtua jangan terlalu cepat mengomentari anak dengan kata yang negatif.
"Kenapa dengan anak saya? malas sekali belajarnya," atau dengan ucapan,
"Kamu ini, pemalas betul. kalau tidak sekarang, kapan lagi belajarnya?! lihat, teman-temanmu sudah pandai semua menulis, nah kamu?! angka 1 2 3 saja masih tidak bisa!"
Sekali lagi, kepada seluruh orangtua selalu katakan ucapan yang baik kepada mereka. Pahamilah siapa anak kita. Pelajari karakternya. Jangan samakan dan bandingkan anak kita dengan anak oranglain. Karena setiap manusia itu memiliki karakter yang unik. Bermacam-macam. Tidak terbilang.
___
Kerinci-Jambi, 05 Februari 2022 M / 04 Rajab 1443 H