Mohon tunggu...
Apip Perdiansyah
Apip Perdiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah manusia biasa yang ingin bergulat dalam dunia sejarah, psikologi, dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatur Uang dilihat dari Sisi Psikologis

12 Juli 2024   16:33 Diperbarui: 12 Juli 2024   16:36 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ronald James Read adalah seorang multijutawan dengan cerita hidup paling brersahaja sepanjang hidupnya. Read lahir di pedesaan Vermont, dia berasal dari keluarg yang miskin. Dia orang pertama yang lulus SMA dari keluarganya, dia hanya seorang pembersih jalan selama 17 tahun, mekanik di pom bensin selama 25 tahun Cerita kehidupan Ronal Read tidak banyak diceritakan oleh saluran televisi, orang yang mengenalnyapun tidak menceritakan banyak tentang kehidupannya. Dia membeli rumah seharga $12.000, tinggal disana sampai meninggal.

Ketika Ronal Read meninggal pada 2014 diumur 92 tahun, disitulah dunia mulai mengangkat cerita hidupnya, berita internasional mulai mengenalakan Ronal Reads pada dunia, saluran televisi mulai menggangkat dia. Pada tahun 2014 ada 2.813.503 orang Amerika meinggal, tidak sampe 4.000 orang meninggal punya uang $8 juta, Ronal Read adalah tidak termasuk di 4.000 orang itu.

Dalam surat warisannya, Ronald Read meninggalkan $2 juta untuk anak-anak tirinya, $6 juta lebih dia sumbangkan pada rumah sakit dan perpustakaan setempat. Dunia kaget, orang-orang yang mengenalnya juga kaget, dari mana dia mempunyai uang sebesar itu? Sihir apa yang dia gunakan? Sementara dia hanya penyapu jalan, memeperbaiki mobil di pom bensin, dia melakukan pekerjaan itu selama puluhan tahun, apa karena hobinya? Tapi hobi utamanya memotong kayu bakar, tidak ada korelasi bagaiaman dia mewariskan $8 juta Ketika dia meninggal.

Tidak ada rahasia apapun dai dalam sini, dan tentu tidak ada sihir yang Ronal gunakan, itu terlalu konyol. Ronal Read sabar, menabung berapapun uang yang dia bisa tabung dan menginvestasikannya di saham Blue Chips. Selama puluhan tahun dia mununggu, harta nya berlipat lipat dari angka biasa saja sampai pada angka fantasitis, $8 juta. Pada akhirnya dia menjadi filantropis. 

Mari simak satu lagi cerita tentang mantan  eksekutif Merill Lynch, Richard Fuscone. Fuscone adalah lulusan dari Universitas terbaik dunia, Harvard, dia bergelar MBA. Berkarir sukses dibidang keuangan, sehingga dia bisa pensiun di umur 40-an. Fuscone sangat kaya, kehidupan bagaikan langit dan bumi jika dibandingkan dengan kehidupan Ronal Read. Dia memilik rumah mewah di Palm Beach, Fuscone merasa tidak puas, dia meminjam banyak uang untuk membuat rumah mewah di Greenwich dengan 11 kamar mandi, dua lift, dua kolam renang, tujuh garasi, dan uang pemeliharaan setiap bulan sebesar $90.000.

Pada 2008 krisis keuangan melanda, hampir semua keuangan orang terkena dampaknya. Termasuk Fuscone, semuanya buyar. Utang besar dan asset tak liquid membuat dia bangkrut. Rumah mewahnya di Palm Beach disita pada 2008, lima bulan sebelum Ronald Read mewariskan hartanya, pada 2014, rumah Fuscone di Greenwich yang sangat mewah dijual dalam lelang atas barang sitaan.

Maknai cerita itu bagaimanapun kalian inginkan. Satu hal yang saya dapatkan adalah, Ronald Read sabar, Fuscone itu tamak. Itu yang saya dapatkan sebelum saya mengetahui bahwa Morgan Housel juga berpikir demikian.

Mustahil untuk Ronald Read lebih baik saat melakukan tranplantasi jantung dibandingkan dengan dokter lulusan Hardvard (Housel, 2020). Itu yang membuat saya sadar bahwa memang mengatur uang, selama kita memiliki uang tentunya, lebih dekat dengan sisi psikologis bukan pada kecerdasan seseorang. Fuscone, dia begelar MBA, lulusan hardvard, sedangkan Ronald Read lulusan SMA saja, hasil menujukan bahwa diakhir hidup, Ronald Read pemenang atas  kepemilikian uang disbanding Fuscone  yang bergelar MBA.

Cara mengatur uang yang tepat itu dengan melihat dari sisi psikologis adalah pernyataan saya yang benar, kecerdasan seseorang tidak menjamin dia dapat mengatur uang nya dengan baik atau tidak. Tentu saja dalam mengatur uang pasti aka nada sebuah pilihan yang harus dipilih, apakah pengambilan Keputusan dalah pilihan tersebut bergantung pada kecerdasan seseorang? Saya rasa tidak, ini lebih bergantung pada perilaku dan pengalaman seseorang. Orang Amerika yang mengalami bagaimana kejadian Depresi Besar mungkin akan lebih mengetahui perilaku bagaimana yang harus dilakukan kepadauang yang dia miliki, namun kejeniusan tertentu tidak akan bisa. Perilaku sukar untuk diajarkanm bahkan pada orang cerdas sekalipun.

Uang selalu dikaitkan dengan angka angka matematika yang rumut, itu keliru, memang ada gunannya juga, mungkin pada pembagian pertentase gajih kita akan digunakan untuk apa dan untuk hal-hal apa, namun untuk Kesehatan uang nya sendiri, angka metematika tidak berfungsi lebih dalam hal ini. Kata teman saya, saya adalah orang yang pintar, anggap saja saya setuju dengan itu. Namun kepintaran ini tidak berguna ketika di malam hari saya dengan sadar melihat lemari penuh pakaian di rumah, dan bertanya pada diri sendiri mengapa tadi siang saya membeli baju baru di Mall.

Guru saya memberitahu cara untuk menyimpan uang. Teman saya yang boros menjadi pandai menyimpan uangnya, terkadang dia menyimpan uang nya bawah Kasur di kamarnya, kadang juga di dalam kaos kaki yang ia pakai. Ketika kami berkumpul, dia membayar semua makanan kami dengan uang yang ada di dalam kaos kakinya, kami tidak meminta untuk dibayar. Sebenarnya seminggu setelah kami bertemu, ada agenda untuk Study Tour dari kampus kami. Dia mengabariku bertujuan meminjam uangku, uang dia habis semua setelah kami bertemu. Itu contoh paling kecil yang kudapati di kehidupan nyata tentang mengatur uang itu bergantung pada psikologis soseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun