Credit : Tim Kampestan Social Expedition VOL.7
1. Pendahuluan
Pulau Saseel merupakan salah satu pulau kecil yang terdapat di Madura Kepulauan, Pulau Saseel merupan bagian dari Desa Saseel, tepatnya di Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Luas wilayah mencapai 4.52988 km2 dengan garis pantai sepanjang 9,859 km, terletak di sepanjang Pulau Saseel. Keberagaman hayati laut di Pulau Saseel, Kecamatan Sapeken yang melimpah, dengan berbagai jenis kerang mutiara seperti kerang mutiara hitam, putih, dan merah serta berbagai spesies rumput laut seperti Sagasum, Kotoni, Sp nosum, Menambah nilai strategis untuk pengembangan industri ini.
Potensi tersebut tidak hanya menawarkan kesempatan untuk menciptakan industri budidaya yang menguntungkan tetapi juga berkelanjutan, berkontribusi pada ekonomi maritim dan pengelolaan sumber daya laut yang lebih baik. Keanekaragaman spesies ini memberikan peluang untuk penelitian lebih lanjut dan inovasi dalam budidaya, serta mendukung upaya konservasi yang penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Dengan pendekatan yang tepat dan pengelolaan yang berkelanjutan, sektor budidaya kerang mutiara dan rumput laut dapat memainkan peran kunci dalam memperkuat ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir, dan memperbaiki kesehatan ekosistem laut di Desa Saseel.
Dalam konteks kesejahteraan masyarakat pesisir, pengembangan budidaya kerang mutiara dan rumput laut menawarkan manfaat yang sangat signifikan. Kerang mutiara, dengan nilai ekonomis yang tinggi, memiliki potensi untuk menjadi sumber pendapatan utama bagi nelayan lokal, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka secara substansial (Dumgair et al., 2023). Di sisi lain, rumput laut, yang memiliki berbagai aplikasi mulai dari bahan makanan hingga kosmetik dan pupuk, berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan kontribusi ekonomi yang berarti bagi komunitas pesisir (Fatmala et al., 2023). Jika sektor ini dikelola dengan baik, pengembangan industri budidaya kerang mutiara dan rumput laut tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat tetapi juga membuka peluang usaha baru, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat pesisir secara keseluruhan.
Namun, pengembangan industri kerang mutiara dan rumput laut di Indonesia tidak tanpa tantangan. Salah satu kendala utama adalah ketidakstabilan kualitas produk, yang sering kali disebabkan oleh variasi kondisi lingkungan di lokasi budidaya. Selain itu, keterbatasan infrastruktur, seperti fasilitas pengolahan yang belum memadai dan kurangnya teknologi modern, menjadi hambatan signifikan dalam meningkatkan efisiensi dan kualitas produk.
2. Kondisi dan Produksi Rumput Laut
Rumput laut merupakan salah satu komoditas kelautan yang sangat berperan penting dalam perekonomian masyarakat di Desa Saseel, berfungsi tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga sebagai bahan baku dalam berbagai industri seperti kosmetik dan pupuk. Berdasarkan grafik 1, produksi rumput laut tetap stabil dengan siklus panen yang teratur setiap bulan, menghasilkan sekitar 2 ton per panen. Meskipun volume produksi stabil, harga rumput laut mengalami fluktuasi yang cukup tajam dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2022, harga melonjak hingga mencapai Rp 5.000 per kilogram, namun mengalami penurunan drastis pada tahun 2023 menjadi Rp 1.800 per kilogram. Penurunan harga berlanjut pada tahun 2024, dengan harga mencapai Rp 1.600 per kilogram.
Fluktuasi harga ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi para petani rumput laut, yang harus menghadapi ketidakpastian dalam pendapatan dan merencanakan strategi pemasaran yang lebih adaptif. Penurunan harga yang signifikan memerlukan analisis mendalam mengenai penyebabnya, yang bisa mencakup perubahan permintaan pasar, kondisi lingkungan, atau faktor produksi. Untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan keberlanjutan ekonomi, penting bagi pelaku industri untuk menerapkan strategi mitigasi risiko, meningkatkan efisiensi produksi, dan menjajaki peluang diversifikasi pasar yang lebih stabil.
Penurunan harga rumput laut yang signifikan kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berhubungan. tentang fluktuasi harga ikan mengidentifikasi beberapa faktor utama yang memengaruhi harga komoditas laut, termasuk musim penangkapan, fluktuasi dalam produksi, dan keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Dalam konteks rumput laut, penurunan harga yang drastis mungkin berkaitan dengan peningkatan volume produksi yang melebihi kapasitas permintaan pasar. Selain itu, kondisi musim yang kurang mendukung dapat mempengaruhi kualitas rumput laut, Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi petani dan pelaku industri rumput laut untuk mengimplementasikan strategi manajemen produksi yang lebih efektif dan melakukan analisis pasar yang mendalam guna menstabilkan harga dan meningkatkan keuntungan.
3. Produksi Rumput Laut
Rumput laut di Kepulauan Saseel, Kecamatan Sapeken memiliki alur produksi yang sangat menarik, mulai dari proses pembibitan hingga pemanenan. Rumput laut memasuki tahap pertama pembibitan dengan penempatan penanaman laut yang berada disebelah pinggir/ tengah laut dengan kedalaman 2 sampe 3 meter, rumput laut diikat ke tali dan 1 bibit bisa mencapat berat 25 Kg. Proses pembibitan ini memakan kurang lebih 1 bulan untuk kemudian tali rumput laut diangkat kemudian diganti dengan yang baru. Pergantian tali rumput laut dilakukan secara rutin tiap bulan agar hasil pembibitan berjalan dengan maksimal. Setelah rumput laut mencapai proses siap panen, rumput laut siap dipanen hingga mencapai kurang lebih 5 cm.