Halo, Selamat Sore.Â
Hari ini, saya baru pulang dari lokasi Batik Betawi Terogong. Saya mengunjungi lokasi ini bersama teman teman dari komunitas Ladiesiana, Kompasiana. Jam 9.15 saya sudah sampai di Terogong III, di mana kegiatan wisata literasi ini diadakan. Kompasianers yang terlihat baru Mbak Denik.Â
Saya ngobrol dengan saudara mpok Laela yang saat itu menemani. Beliau menceritakan bahwa semula, penduduk di Kampung Terogong adalah pembatik. Mereka membatik dengan mengambil bahan kain dari Palmerah, namun seiring dengan waktu dan pembangunan pengrajin batik di Kampung tersebut berkurang dan habis.Â
Pada tahun 2012, keluarga Mpok Laela, berkeinginan melestarikan batik Betawi ini. Sejalan dengan pemerintah melalui dinas kebudayaan, didatangkan pengrajin batik dari Pekalongan yang mengajarkan seni membatik pada keluarga Mpok Laela. 3 bulan lamanya pengrajin tersebut membimbing keluarga Mpok Laela, sehingga dapat membatik dengan baik. Pengrajin Batik Pekalongan ini disediakan makan dan penginapan agar proses pelatihan berjalan dengan baik.Â
Mpok Laela sempat menceritakan bahwa ia tidak dengan mudah menguasai cara membatik, tetapi ia terus berupaya. Beliau mengakui bahwa beliau termasuk murid yang sulit belajar. Tapi keren juga sekarang beliau selain menjadi guru bahasa inggris di SMK ternyata juga jadi guru membatik di Batik Betawi Terogong ini.Â
Memang, saudara mpok Laela juga mengutarakan membatik itu perlu Tebar Mangdu yang berarti Tekun Sabar Emang Kudu. Mpok Laela juga menyatakan hal yang sama, kalau tidak Tebar Mangdu orang Betawi bakal terhempas oleh zaman. Sampai sampai motto ini dijadikan motif batik.Â
Saat ini pengrajin batik Betawi Terogong kurang lebih ada 15 orang, kebanyakan wanita dan motif batiknya pun beragam. Motif yang menjadi primadona adalah ikon Jakarta. Monas dan Ondel Ondel. Tetapi motif Batik Jakarta tidak hanya ikon Jakarta lho. Ada juga Flora, dan Fauna. Motif floranya, adalah tanaman seperti mengkudu, daun semanggi, perdu kuku dan lainnya. Motif faunanya adalah motif burung Hong.Â
Setelah mendengarkan penjelasan Bu Laela, kami para Kompasianers mulai mencoba membuat batik. Ada kain yang sudah digambar, maupun diberi tepi, tetapi belum digambar.Â
Kompasianers dapat memilih salah satu dan membatik. Ada lilin yang sudah dicairkan pada tungku kecil dan juga canting, bagi yang mau langsung membatik. Ada juga pensiun bagi yang mau menggambar dulu. Contoh motif sudah disediakan, tinggal ditiru saja.Â
Eh tapi menirupun sulit lho. Menggambar di kain memerlukan kesabaran.Â