Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kematian Prematur dan Penyakit Tidak Menular

29 Juni 2019   19:55 Diperbarui: 30 Juni 2019   03:15 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut WHO usia wajar meninggal adalah 70 th. Di bawah itu berarti kematian prematur. Kematian prematur ini banyak penyebabnya. Penyebab yang tertinggi adalah penyakit tidak menular (PTM).

Teman teman, sadarkah kitajika saat ini terjadi transisi epidemologi, dimana trend penyakit tidak menular (PTM)  menjadi semakin meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat.

img-20190620-081707-117-5d175e66097f3636c8286cb2.jpg
img-20190620-081707-117-5d175e66097f3636c8286cb2.jpg
Pola hidup tidak sehat ini disebabkan oleh perubahan perilaku masyarakat kita. Mulai dari panjangnya harapan hidup manusia, hingga mudahnya penyampaian pesan. 

Di masa lalu untuk mencapai suatu tempat, kita perlu berjalan tetapi sekarang kita cukup order ojek online atau taxi online kita bisa mencapai tujuan kita. Ini membuat kita jadi kurang gerak dan memicu risiko penyakit seperti Jantung, Kanker dan Diabetes.

PTM sangat berkaitan dengan gizi seseorang. Kelebihan berat badan dan lingkar perut akibat penimbunan lemak bisa menyebabkan obesitas. Sel lemak yang membesar menghasilkan mediator inflamasi (sitokin) resitensi insulin. Nah, hal tersebut bisa menyebabkan Diabetes Melitus.
80% penyakit tidak menular bisa disembuhkan secara dini, asalkan kita menerapkan pola hidup sehat sehari-hari. Kualitas hidup harus ditingkatkan agar hidup dalam usia panjang, sehat & bahagia.

Biaya kesehatan untuk menangani pasien akibat penyakit tidak menular semakin tinggi setiap tahun. Fakta ini menunjukkan masalah besar yg harus diselesaikan.

Dari tahun 2016 - 2018, terdapat peningkatan biaya pelayanan katastropik dalam Jaminan Kesehatan Nasional atau BPJS Kesehatan. Padahal penyakit katastropik bisa kita cegah dengan menguatkan upaya promotif dan preventif.
Dari hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular meningkat, seperti kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi.

Kementerian kesehatan, melalui direktorat pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular melakukan promosi gerakan masyarakat hidup sehat atau GERMAS. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yaitu olahraga rutin, makan buah dan sayur serta cek kesehatan secara berkala.

img-20190619-173026-340-5d175e780d823017022e8df4.jpg
img-20190619-173026-340-5d175e780d823017022e8df4.jpg
Dalam kegiatan workshop blogger Cegah dan Kendalikan PTM, dr. Cut Putri Arianie, M.H Kes, sebagai direktur P2PTM menjelaskan hal ini. Sambutan ini disusul paparan dan strategi pencegahan dan pengendalian PTM oleh dr. Theresia Sandra Dian Ratih MHA. Bu Sandra menerangkan, selain masalah gizi makanan yang akan dijelaskan oleh narasumber berikutnya, penyebab penyakit tidak menular yang signifikan adalah asap rokok. Sebab itu kementerian kesehatan mencanangkan Strategi pengendalian konsumsi tembakau:

1. Monitor konsumsi produksi tembakau dan pencegahannya
2. Perlindungan dari paparan asap orang lain
3. Optimalkan dukungan layanan berhenti merokok
4. Waspadakan masyarakat bahaya konsumsi tembakau
5. Eliminasi iklan produk tembakau
6. Raih kenaikan harga rokok melalui peningkatan cukai. Tujuannya, susah dibeli, berhenti merokok

Beberapa perokok yang saya kenal pernah mengatakan bahwa cukai rokok ini besar menyumbang pajak yang besar. Ternyata tidak demikian. Pendapatan pajak dari cukai rokok lebih kecil dari pengeluaran JKN untuk pembiayaan pengobatan pasien perokok aktif dan pasif. Tekor dong negara?

Kampanye gerakan masyarakat hidup sehat ini diringkas dengan CERDIK yaitu, 

1. Cek kesehatan secara berkala
2. enyahkan asap rokok
3. rajin aktivitas fisik
4. diet seimbang
5. istirahat cukup
6. kelola stress

img-20190619-173026-259-5d175eb00d8230368a3dd612.jpg
img-20190619-173026-259-5d175eb00d8230368a3dd612.jpg
Pada hari Rabu, saya juga mengikuti kunjungan ke rumah sakit Pusat Jantung Nasional yaitu Rumah Sakit Harapan Kita. Dalam kunjungan ini ada dua nara sumber yaitu Dr dr Basuni Radi SpJP(K) sebagai Direktur Umum & SDM RS Harapan Kita, serta Dr Ade Meidan Ambari ApJP, FIHA, FAsCC sebagai kepala bagian Jantung.

Dalam pembukaan, dr. Basuni menjelaskan keberadaan RS Harapan Kita sebagai RS yang khusunya menjadi rujukan penyakit jantung sehingga disebut RS Tipe A. Selain itu RS Harapan Kita juga menjadi RS Pendidikan bagi dokter dokter yang ingin mendalami penyakit jantung.

Dr. Basuni kemudian menuturkan bahwa penyakit jantung adalah pembunuh yang tidak terlihat. Seringkali masyarakat mengira dirinya hanya sekedar masuk angin atau terserang angin duduk lalu meninggal, padahal sebenarnya jika ditelusuri adalah penyakit jantung.

Sekalipun RS Harapan kita adalah RS rujukan penyakit jantung, namun RS tidak selalu bisa menjadi pencegahan kematian. Karena hal penyakit ini banyak yang berakhirnya sebelum sempat mendapatkan pertolongan di RS. Hanya 27% pencegahan kemarian terjadi di RS.
Sebab itu dalam sesi kedua saat dr. Ade Meidan menjelaskan pentingnya edukasi pencegahan penyakit jantung.

img-20190619-wa0017-5d175ee70d82303f75422f23.jpg
img-20190619-wa0017-5d175ee70d82303f75422f23.jpg
Edukasi pencegahan penyakit jantung ini dilakukan dengan cara menjelaskan faktor faktor resiko penyakit jantung pada keluarga pasien maupun masyarakat di sekitar RS pada kesempatan kesempatan yang ada. 

Termasuk dalam temu blogger ini, demikian lanjut dokter Ade sambil tersenyum. Pencegahan penyakit jantung ini dibagi menjadi 4,1. Pencegahan Primordial yang dilakukan pemerintah melalui kementerian kesehatan yaitu pencegahan bagi orang sehat tidak berisiko agar tidak menjadi berisiko dengan cara sinergi dengan badan legislatif untuk perundang-undangan. Seperti eliminasi asap rokok dan pembatasan bahan makanan yang tidak sehat.

2. Pencegahan primer yaitu untuk orang sehat tetapi berisiko menderita penyakit jantung akibat pola hidup sendiri atau keluarganya. Asap rokok ini merusak bukan saja pada perokok tetapi juga pada orang orang terdekat perokok itu.

3. Pencegahan sekunder pada para penderita penyakit jantung agar penyakitnya tetap terkendali dan dapat hidup secara normal.

4. Pencegahan tersier yaitu pencegahan kematian dan usaha untuk mempertahankan kehidupan dengan pemasangan ring atau operasi bypass, dan kemudian mengembalikan penderita pada fase hidup normal.

Pangkal penyakit jantung terutama adalah rokok. Dalam kunjungan ini, saya sempat berbincang dengan seorang bapak penderita sakit jantung yang berasal dari Bengkulu yang baru saja di operasi bypas kurang lebih sebulan sebelumnya. Bapak ini menjadi perokok sejak usia sekolah dasar. Beliau baru menyadari terkena penyakit jantung setelah  berhenti merokok malah. Namun demikian beliau tidak mau merokok lagi, karena sadar bahwa rokok menyebabkan banyak penyakit.

Dalam kunjungan saya juga melihat fasilitas klinik berhenti merokok yang dimiliki RS Jantung Harapan Kita. Saya senang sekali karena kami juga mendapat kesempatan mencoba alat deteksi awal risiko penyakit jantung di RS.

RS Jantung Harapan Kita juga menyediakan fasilitas gym untuk membantu pasien kembali ke kehidupan normal dan menjadi bugar. Ada berbagai alat olahraga di fasilitas tersebut.
Setelah acara di RS Jantung, saya dan teman teman Blogger kembali belajar untuk optimasi media dipandu kang Arul. Suasana meriah dalam belajar mem buat peserta tidak mengantuk dan bersemangat menimba ilmu.
Jadi, setelah menikuti workshop ini, apa resolusi sehat saya?
1. Sebagai penderita hipertensi, jelas diet seimbang wajib jadinya. Mengurangi asupan garam terutama walaupun.doyan banget makan asin asin... kuatin tekadlah...
2. Kelola stress... banyakin berdoa menenangkan diri... biar ngga mudah emosi...
3. Aktivitas fisik rutin juga diperbanyak...  mudah2an berhasil nih.
Salam sehat edukasi
Maria Margaretha

Info lebih lengkap hal penyakit tidak menular dapat mengunjungi;

twitter

Instagram

website

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun