Menantang.
Itulah pemikiran saya saat menerima pesan dari tim admin komunitas film Kompasiana (KOMIK), tentang agenda acara nobar, Sabtu lalu, 29 September 2018.
Kok? Mungkin itu pertanyaan yang tidak terucap. Ya, buat saya jalan sambil menikmati kuliner bukan masalah kecil. Terutama sejak kaki saya sering bengkak. Saya cemas saja berapa jauh kaki saya bisa berjalan. 😁😁😁.
Ternyata kecemasan saya itu hanya sia sia. Acara menikmati kuliner sambil jalan ini tidak melintasi area besar. Seputar Blok M saja.
Kekayaan kuliner Indonesia bisa dijelajahi di pujasera dan warung warung sederhana seputar Blok M. Demikian admin KOMIk menyampaikan informasi. Tugas kami, Komik'ers menikmati kuliner Indonesia dalam kelompok bertiga atau berempat didampingi salah satu admin. Kelompok saya, kelompok 1 bersama mas Yogie.
Foto di atas adalah kuliner yang saya dan kelompok pilih untuk dinikmati.
1. Kue Ape.
Serabi khas Jakarta ini kadang disebut kue tetek. Mengapa? Bentuknya mirip. Menurut mbak Wily Wijaya, Kompasianer Medan yang ada di kelompok saya, kue Ape ini kriuk.
Oh ya, dalam kelompok saya ada mbak Willy, dan mas Meidy blogger eksis yang juga Komikers aktif. Awalnya sih saya hanya bertiga dengan mas Yogie dan mbak Willy karena mas Meidy telat. Hahaha. Jadi, saya isengin mas Meidy saat tiba di lokasi kedua kami.
2. Bubur Ayam
Ini adalah kuliner sederhana yang mudah ditemukan di semua sudut kota Jakarta. Tapi, jangan salah. Bubur ayam yang kami nikmati ini rasanya TOP. Kentalnya pas dan dinikmati bersama membuat jadi pengen lagi.... 🤣🤣🤣.
Makan bubur ayam, mengingatkan saya pada satu episode masa lalu. Waktu saya tiba di Jambi, saya kira saya ngga akan ketemu bubur ayam lagi. Tidak terkatakan senangnya saat tahu ada bubur ayam di Jambi.
Kembali ke.....
Eh tapi, mas Meidy, foto dulu ya... Saya minta mas Meidy makan kue Ape sambil menunggu bubur ayamnya disiapkan.
Mas Yogi sebagai tim admin KOMIk yang menyertai kelompok kami menyampaikan bahwa di belakang tempat kami makan bubur ayam ada pujasera dengan menu Indonesia.
Saat bubur tandas, ternyata keputusannya adalah.... Jalan aja dulu. Lihat apa yang kita nikmati nanti.
3. Es Durian.
Lha, kok? Ya. Durian adalah buah tropis. Cuma ada di Indonesia saudara saudara. Kalau ngga percaya, tanya Opa saya, Opa Tjip yang di Australia, adakah durian? Atau mbak Gagana yang di Jerman, adakah durian? Atau siapa yang Kompasianer yang tinggal di luar negeri, tanya deh adakah durian di sana?
Jadilah kami membeli es durian ini. Bungkus saja. Karena jarum jam terus bergerak dan kami harus segera menyusul ke cinema 21 di Blok M square. Sambil berjalan, saya menikmati es durian saya. Sementara mbak Willy ternyata punya cara unik menikmati es durian. Katanya, biarkan saja sampai meleleh dan cari jadi tinggal glek. Saya sih manggut-manggut saja.
4. Pilihan berbeda di Pujasera
Saat berjalan menuju pujasera yang diceritakan mas Yogie, kami melihat tukang kue cubit yang menjual kue laba laba. Tadinya mau juga beli. Tapi karena sepaket isinya 10, urunglah. Walaupun sudah sempat difotoin. Jadi kita beli satu kue laba laba yang hanya tinggal satu-satunya. Mbak Willy didapuk menikmatinya. Kata mbak Willy kue laba laba ini seperti biskuit rasanya. Eh?
Di pujasera, semula kami ingin menikmati pempek. Apa daya warungnya belum buka. Ya ampun. Jam 11.30? Siomay Bandung? Sama saja.
Akhirnya, mbak Willy memilih es kopyor dan mas Yogi memilih es teller dan mas Meidy? Baca saja tulisan mas Meidy.... 😀😀😀.
Saya? Beli siomay yang pakai gerobak lagi jalan.
Sudah.
Ayo ke cinema 21.
Di Blok M Square XXI, tim admin KOMIk membagikan souvernir dan mengumumkan pemenang kompetisi Twitter dan Instagram. Kelompok saya menang dua lho. Mbak Willy dan mas Meidy.
Kemudian kami memasuki studio 1 dan bersiap menonton ARUNA DAN LIDAHNYA.
Film Aruna dan Lidahnya tayang perdana 27 September 2018. Film yang dibintangi Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra ini memang bertema kuliner. Dian Sastro sebagai Aruna dan Nicholas Saputra sebagai Bono. Kedua sahabat berbeda profesi ini, melakukan perjalanan ke sejumlah kota di Indonesia, dan ternyata ada gebetan yang membuntuti di kota yang mereka kunjungi. Ya, ada Nad dan Farizh. Nad yang ditaksir Bono dan Farizh yang ditaksir Aruna.
Saya ngga bahas dramanya ya. Bahas kulinernya saja.
Ada Lorjuk, sejenis kerang yang hanya ada di pulau tempat saya dibesarkan, Madura. Lorjuk ini kalau kering mahal lho. Tapi di film ini, dikisahkannya Lorjuknya jadi soto. Campor Lorjuk namanya. Kebetulan kota yang disinggahi Aruna ini adalah kota tempat saya dibesarkan.
Dalam hati sih terlintas. Coba Aruna ini syuting nya pas puasa.... Pasti yang muncul rujak bubur. Kuliner yang selalu kurindukan.
Ada choipan. Ini di Kalimantan Barat. Termasuk salah satu makanan kesukaan saya juga. Ngga heran habis nonton, LAPERRR LAGI.
Salam Nonton dan Nulis.
Maria Margaretha
PS: Kapan kapan kulineran ya setelah nonton saja mas bro dan mbak sis admin... 🤣🤣🤣🤣🤣
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H