"Apa sih bagusnya film Indonesia?"Â
Itu adalah pertanyaan teman saya saat saya mengajaknya menonton film Cek Toko Sebelah. Pertanyaan yang berakhir dengan kejutan karena teman saya akhirnya bisa melihat bahwa film Indonesia ternyata menarik juga. Â Film Cek Toko Sebelah berhasil memikat teman saya. Ia senang dengan permasalahan yang diangkat dalam film tersebut dan juga bagaimana film tersebut dibawakan dengan segala unsur sosial budayanya.Â
Festival film Bandung ini sebenarnya awalnya adalah suatu tantangan yang dirasakan sejumlah penikmat film di Bandung dalam berbagi apresiasi terhadap film-film nasional. Kesadaran bahwa kadang, walaupun bagus film nasional kurang diminati penonton dan kurang terpublikasi. Seperti saya pernah dengar komentar teman saya di atas.Â
Minggu siang 22 Oktober 2017 kemarin saya bersama mbak Dewi Puspa dan Pak Taufiquieks menghadiri acara Festival Film Bandung di Studio 6 Emtek City. Acara yang ditayangkan SCTV ini akan dimulai pukul 12.30, sehingga saya segera meluncur dari gereja.Â
Kemeriahan acara ini saya sudah dapat rasakan sejak memasuki studio yang bertabur bintang bintang TV dan film layar lebar. Kok enak, bisa  nonton?Â
Ceritanya, Sabtu malam, sebuah notifikasi masuk di FB saya. Teman Kompasianers Afriska, dicolek oleh Mbak Dewi Puspa kalau kalau tertarik menonton Festival Film Bandung. Afriska yang punya acara hari Minggu mencolek saya yang memang senang menonton. Jadilah saya mendapat kuota yang diberikan.Â
Festival Film Bandung tidak mengenal kata terbaik, Film yang dinominasikan disebut sebagai terpuji, dan pada akhirnya terkadang ada lebih dari satu penerima award terpuji itu. Penilaiannya dilakukan Forum Pengamat Film sejak awal Agustus 2016 hingga akhir Juli 2017 dari film film yang ditayangkan di bioskop Bandung. Dari ratusan film yang tayang akhirnya mengerucut menjadi belasan dan dari belasan, dipilih sejumlah nominasi.Â
Dalam acara penyerahan award terpuji Festival Film Bandung ini, hadir gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan yang menyerahkan award pada film terpuji 2017. Pembacaan nominasi dan peraih award merupakan ajang promosi film nasional selain juga diramaikan dengan penampilan lagu lagu bernuansa budaya Sunda yang kental.
Penampilan lagu Manuk Dadali misalnya, yang diiring dengan musik tradisional membuat saya dan teman teman dari KOMIK tidak yakin untuk meninggalkan tempat duduk. Tak kurang juga ada pembaca award dari film horror yang sempat mengejutkan kedua MC, yaitu Gading Martin dan Andhika Pratama meninggalkan panggung karena lampu dipadamkan dan property yang membuat seolah benar benar horror.Â
Bagian yang paling menggugah saya dari seluruh penghargaan yang diberikan adalah penghargaan yang diberikan pada Ibu Tatiek Maliyati sebagai Ibu Para Aktor dan Artis. Beliau di usia 83 tahun masih dapat berdiri di panggung, dan bahkan Christine Hakim dan Lukman Sardi pun terharu.Â
Adapun Pengisi Acara seperti Afgan, Virgoun, Lesti, Sheryl memeriahkan pembacaan peraih award. Kehadiran Indro DKI membuat para penonton terpingkal, ketika ia menyebutkan, ia memang tidak mengejar award melainkan menginginkan film yang laku. Memang sih film-film Warkop DKI selalu laris di pasaran. Â Namun Indro juga meraih satu penghargaan dalam Festival Film Bandung ini, bukan sebagai yang terpuji, namun karena kiprahnya yang konsisten di perfilman nasional. Ia meraih penghargaan lifetime achievement.Â
Festival Film Bandung memang beda.Â
Tak bias saya sangkal sebagai penikmat film Indonesia saya senang dapat mengikuti dan menonton dari dekat perhelatan perfilman ini. Terimakasih KOMIK, Terimakasih Forum Film Bandung dan Maju Terus Film Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H