Diskusi Publik Bersama Mengakhiri Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Penanganan kekerasan pada perempuan dan anak

Pembiaran terjadi, karena kita merasa takut keluar dari Zona Nyaman kita. Kita menjadi takut untuk peduli. Padahal, dengan berdiri menghadapi pelaku kekerasan dalam keluarga atau lingkungan sekitar, kita bisa mencegah kekerasan berlanjut dan dampak lebih jauh.

Para narasumber

Dalam diskusi publik itu hadir Ibu Agustina Erni, Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat KPPPA, membagikan bahwa upaya preventif lebih murah daripada penyembuhan. Seorang korban kekerasan membutuhkan biaya penanganan lebih besar daripada pencegahan dengan melakukan sosialisasi agar masyarakat menyadari dan mau bertindak saat melihat kekerasan di sekitarnya.

Pemerintah ingin hadir dan membantu mencegah dan melawan kekerasan pada perempuan dan anak. Beberapa hal yang sudah dilakukan selain sosialisasi adalah menyediakan bantuan hukum dan pendampingan. Namun wilayah RI sangat luas, tanpa kepedulian dan kiprah orang orang di sekeliling akan menjadi kerja penyembuhan dan penyembuhan yang memakan banyak biaya tentunya. Para Blogger dapat berperan serta dalam menyebarkan berita positif. Ada harapan bahwa pelaku dan korban dapat ditolong.

 Dr. Sri Astuti, Dosen UHAMKA, pendamping perempuan & anak Rusun Marunda menceritakan pengalaman dan keadaan yang dihadapi dalam usaha pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak melalui edukasi di rusun Marunda. Beberapa hal telah dilakukan, seperti membangun hubungan untuk memperoleh kepercayaan dan mempersiapkan masyarakat yang bersedia dan mau menjadi pendamping bagi perempuan dan anak yang belum berdaya. Memberdayakan perempuan dan anak adalah cara yang dilakukan untuk mengentaskan dan memberantas kekerasan pada perempuan dan anak. 

 Vitria Lazarini, Psikolog Yayasan Pulih menjelaskan bahwa konseling dan pendampingan sesudah terjadinya kekerasan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Lebih sulit lagi, karena umumnya ada stigma bahwa kekerasan terjadi karena salah korban. Belum lagi tak jarang media dengan tidak bertanggung jawab memublikasikan foto foto korban, dan identitasnya. Hal yang semakin membuat korban kesulitan melanjutkan hidup. 

Saya ingin terlibat dan mau terlibat. 

Mencegah kekerasan khususnya pada anak, karena saya seorang guru yang berhubungan dengan anak anak setiap hari. 

Kekerasan terhadap perempuan dan anak? Menurut saya, orang yangmelakukan kekerasan pada orang lain adalah orang yang tidak mendapatkan cukupkasih sayang dan tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan kasih sayang. TIDAK.JANGAN KASIHANI MEREKA. Kita perlu memberikan bantuan, sesulit apapun, karenaburuk sekali anak anak yang diperlakukan dengan kekerasan. Hati saya menjerituntuk setiap kekerasan terutama terhadap anak anak. Kekerasan bukan hanyafisik, tapi juga pengabaian.

Beberapa pengabaian yang saya temukan adalah mengabaikan kebutuhan anak akan kasih sayang, pendidikan yang layak dan juga kebutuhan hidup primer seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Anak anak yang diserahkan pada kakek dan nenek, tanpa ada penjelasan dan hubungan lebih lanjut, rentan terhadap kekerasan ini. Saya juga seringkali dengan trenyuh menemukananak anak yang tidak cukup makan makanan bergizi karena orang tua yang sibukdan mementingkan diri sendiri. Ini termasuk pengabaian yang perlu diberantas dan kita bisa mengedukasi orang tua.  

Sekolah juga harus menjadi tempat aman untuk anak anak. Kita bisa berdiri membela anak anak jika kita mau. Guru guru yang tidak kompeten sehingga melakukan kekerasan pada anak, perlu diberi pembinaan agar dapat meninggalkan perlakuan kekerasan pada anak dan mengedepankan cara mendidik yang didasari motivasi serta kasih sayang. 

Kata kunci dalam mengakhiri kekerasan padaperempuan dan anak adalah edukasi dan pemberdayaan.