Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

[Jelajah Click] Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Tanjung Priok [1]

29 Juni 2016   09:21 Diperbarui: 29 Juni 2016   09:28 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mbak, besok mau ikut ke pelabuahan Tanjung Priok?"

Demikian bunyi WA yang saya terima dari Mbak Arum Sato (27/6). 

Itulah yang mengawali perjalanan dari Serpong ke Stasiun Jakarta Kota, kemarin (286). 

Karena, meeting point di Stasiun Jakarta Kota. Mbak Arum berjanji ketemu sekitar pukul 14.00 dan bersama sama akan naik CommuterLine yang berangkat pukul 14.25. Dalam WA-nya, diingatkan juga agar saya jangan sampai terlambat, kalau tidak mau ditinggal. Commuter Line ke stasiun Tanjung Priok hanya ada lima kali sehari. 

Stasiun Kota, stasiun yang sudah sangat lama tidak saya singgahi. Seingat saya hampir 6 tahun. Namun bisa jadi juga lebih lama.  Stasiun Jakarta Kota yang saya ingat adalah stasiun yang padat, panas, dan semrawut, kemarin saya lihat jauh berbeda. Lho kok? Iya. Stasiun Jakarta Kota yang sekarang mulus. Tertata rapi. Nyaman. di ketiga sisi ada berbagai gerai makanan (KFC, Starbuck, CFC, AW, tapi kok fastfood semua ya? Pedagang kecilnya menghilang), galeri ATM dan musholla. 

Saya sampai sekitar pukul 1, kemudian saya menyadari bahwa saya membutuhkan toilet. Sayangnya, toilet di Stasiun kota walau gratis namun kurang bersih. Saya juga mencari tempat mengisi baterai HP, yang biasa sudah ada di stasiun-stasiun. Ternyata, tempat pengisian baerai HP tersebut di sisi dekat CFC dan dunkin donut, tidak dapat mengisi karena kendor dan tidak ada daya listriknya. 

[caption caption="Lihat yang ujung? Bahaya ngga itu?"][/caption]

Saya keluar stasiun, namun tidak menemukan tempat lain untuk mengisi saat itu. Saya kemudian tertarik melihat antrian penumpang pada beberapa mesin. Tadinya saya bermaksud menukarkan tiket harian berjaminan saya dengan jaminannya. Tetapi, semua loket tutup, yang ada hanya mesin saja. Akhirnya, saya mencoba mendapatkan refund jaminan melalui mesin. Eh, mudah juga ternyata. 

Saya melihat beberapa mesin EDC untuk mengisi Flazz Kompasiana, sayapun mengikuti tutorial tertulis di dekat EDC. Pas lagi di EDC, saya menemukan ibu ibu yang kebingungan karena semua loket tutup, sementara ia bermaksud menukar (refund) tiketnya. Maka saya mengajak si Ibu antri dan menunjukkan caranya. Ibu itu lega dan senang tahu caranya. Saya berpendapat pihak commuter line perlu menempatkan orang untuk membimbing para pemakai tiket harian berjaminan yang ingin membeli atau mengambil jaminannya. 

Usai mengisi Flazz saya masuk lagi dan tapp dan langsung bertemu mbak Windu, Muthiah dan Syifa yang duduk menanti di dalam stasiun. Kami masih menunggu beberapa teman lain yang belum hadir. Saya melihat ada pengisian baterai lain di sudut dekat keamanan, di sisi galeri ATM. Syukurlah bisa digunakan. Hanya saya melihat juga ada yang sudah kurang layak pakai karena sambungannya lepas. 

[caption caption="Selfi bareng mbak Dewi Puspa"]

[/caption]

[caption caption="Foto bareng sebelum naik kereta"]

[/caption]

Setelah baterai HP lumayan terisi saya bergabung dengan teman-teman lainnya. Saat jam menunjukkan pukul 14.20, kami segera naik ke kereta menuju stasiun Tanjung Priok. Saat melewati Stasiun Ancol, yang baru beroperasi 4 hari, teman teman sempat mencoba mencari angle memotret, sayangnya sedikit yang berhasil. Akhirnya, tiba di stasiun Tanjung Priok pukul 14.45. Kami berkeliling, mengeksplore stasiun  Tanjung Priok. 

[caption caption="Selfie lagi sama mas Joen dan mbak Windhu"]

[/caption]

[caption caption="Selfie dengan latar para Abang none di Stasiun Priok"]

[/caption]

Saya melihat bahwa stasiun Tanjung Priok ini sepi dan tidak banyak aktivitas. Dari 6 jalur tersedia, hanya 1 yang digunakan untuk penumpang. Menariknya saat kami tiba, ada sejumlah gadis cantik dan pemuda ganteng sedang difoto. Mereka mengenakan selempang abang dan none Jakarta Utara. Stasiun ini tidak banyak direnovasi selain dicat ulang. Penambahan sangat sedikit, sebatas pembatas besi. Satsiun ini memang disebut sebagai cagar budaya. Menurut petugas keamanan yang meluangkan waktu berbincang dengan kami, pada saat weekend, pengunjung stasiun ini hanya sekitar 500 orang. Masyarakat belum terlalu mengetahui keberadaan setasiun ini. Apalagi jika dilihat memang pintu masuknya agak tersembunyi. Jumlah perjalanan yang dilayanipun hanya 10 kali, 5 kali bolak balik Stasiun Kota - Stasiun Tanjung Priok. 

[caption caption="Tolet di Stasiun Priok"]

[/caption]Setelah foto foto di dalam stasiun, saya mencari toilet. Toiletnya keren euy. Cantik. Ada 2 pintu toilet wanita. Satu WC jongkok dan satu lagi WC duduk. Agak basah, namun lebih bersih dari Stasiun Kota. Sayang, tidak ada tempat pengisian baterai HP di sekitar peron seperti di stasiun comuter line lainnya. 

Sebelum keluar dari stasiun dan melanjutkan jelajah kami menyempatkan berfoto lagi. Pastinya, karena pulang jelajah nanti kami tak mungkin menggunakan kereta lagi. Stasiun ini ditutup segera setelah kereta jam 17.50 menuju ke Stasiun Kota diberangkatkan. 

[caption caption="Foto jelang keluar Stasiun Priok"]

[/caption]Nah itulah apa yang saya lihat dan saya amati di Stasiun Kota dan Tanjung Priok bersama teman-teman dari CLICK. Seru? Jelas, karena kami tertawa hampir sepanjang perjalanan. Menyenangkan lho, mengeksplor stasiun itu. Salam Clickers, 

Saya, Etha (Tangerang, 29 Juni 2016)

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun