Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengejar Mimpi, Mengajar dengan Teladan

8 Juni 2016   23:41 Diperbarui: 8 Juni 2016   23:46 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada masa kini, sulit sekali menemukan teladan dalam keseharian anak anak. Walaupun media bertebaran, namun sulit sekali menukan figur yang bisa menjadi contoh. 

Di masa saya sekolah, guru saya adalah figur yang bisa jadi contoh. Guru adalah sosok yang peduli. Sama seperti banyak orang tua di masa lalu adalah figur contoh bagi anak anak.

Anak anak sekarang bukan hanya kehilangan figur orang tua sebagai contoh, tapi juga figur guru. Kesibukan dan rutinitas, membuat kepedulian menjadi teladan semakin berkurang. 

Kalau ada contoh baik, akan tumbuh generasi yang baik. Sayangnya, public figur sekarang bukanlah figur layak contoh juga. Pacaran, dan kawin cerai menjadi konsumsi publik, sementara sebenarnya itu kemudian ditiru anak anak kita. 

Kadang bahkan lupa dengan identitas agama yang kita pakai. Yang kalung salib lah, yang jilbab, yang apa simbol agama yang kita pakai yang harusnya menggambarkan karakter kita. 

KURANG TELADAN.

Sekarang, orang tua menyuruh anak sholat/ ibadah ke gereja, mereka pergi tidak? Guru menyuruh siswa disiplin, mereka disiplin tidak?

Guru menyuruh murid mendengarkan saat pelajaran, tapi apakah guru mendengarkan muridnya?

Itulah keadaan ketika saya mulai menjadi pendidik. 

Impian saya adalah menjadi guru yang bukan hanya mengajar, tapi juga memberi teladan

Tahun yang saya lalui sebagai guru sudah panjang, namun saya belum beruntung bisa menetap di sebuah sekolah. Banyak faktor yang menyebabkannya. Padahal, memberi teladan perlu waktu yang panjang. Saat ini kebanyakan sekolah swasta, menerapkan sistem kontrak tahunan. Walaupun saya masih tetap bekerja di dunia pendidikan, namun mempertahankan relasi dengan anak didik tidak mudah. 

Dalam upaya saya memberikan teladan, saya bergumul dengan ego saya. Menetap selama 2 tahun, mengampu pelajaran yang bahkan tidak saya kuasai memaksa saya belajar dan belajar. Ternyata memberikan teladan untuk anak didik saya tak mud

ah menyerah. Saya tak segan mengakui keterbatasan saya. 

Hasilnya adalah anak anak yang jujur dan mau berusaha. 

Saya tidak bisa mengubah siapapun, selain diri saya sendiri. Impian saya hanya menjadi diri yang bermanfaat dan dapat memberi teladan, di manapun, kapanpun.

Jambi, 8 Juni

 

Maria Margaretha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun