Pada masa kini, sulit sekali menemukan teladan dalam keseharian anak anak. Walaupun media bertebaran, namun sulit sekali menukan figur yang bisa menjadi contoh.Â
Di masa saya sekolah, guru saya adalah figur yang bisa jadi contoh. Guru adalah sosok yang peduli. Sama seperti banyak orang tua di masa lalu adalah figur contoh bagi anak anak.
Anak anak sekarang bukan hanya kehilangan figur orang tua sebagai contoh, tapi juga figur guru. Kesibukan dan rutinitas, membuat kepedulian menjadi teladan semakin berkurang.Â
Kalau ada contoh baik, akan tumbuh generasi yang baik. Sayangnya, public figur sekarang bukanlah figur layak contoh juga. Pacaran, dan kawin cerai menjadi konsumsi publik, sementara sebenarnya itu kemudian ditiru anak anak kita.Â
Kadang bahkan lupa dengan identitas agama yang kita pakai. Yang kalung salib lah, yang jilbab, yang apa simbol agama yang kita pakai yang harusnya menggambarkan karakter kita.Â
KURANG TELADAN.
Sekarang, orang tua menyuruh anak sholat/ ibadah ke gereja, mereka pergi tidak? Guru menyuruh siswa disiplin, mereka disiplin tidak?
Guru menyuruh murid mendengarkan saat pelajaran, tapi apakah guru mendengarkan muridnya?
Itulah keadaan ketika saya mulai menjadi pendidik.Â
Impian saya adalah menjadi guru yang bukan hanya mengajar, tapi juga memberi teladan
Tahun yang saya lalui sebagai guru sudah panjang, namun saya belum beruntung bisa menetap di sebuah sekolah. Banyak faktor yang menyebabkannya. Padahal, memberi teladan perlu waktu yang panjang. Saat ini kebanyakan sekolah swasta, menerapkan sistem kontrak tahunan. Walaupun saya masih tetap bekerja di dunia pendidikan, namun mempertahankan relasi dengan anak didik tidak mudah.Â