Baca posting mbak Rokhmah tentang lagu mutiara yang hilang membuat saya jadi tersenyum. Sungguh, saya ini suka bernyanyi. Lagu favorit saya memang kebanyakan genre lagu-lagu religi. Tapi ingatan saya dengan lagu-lagu nasional masa kanak-kanak itu masih belum hilang. Jadilah saya membuat tulisan ini.
Dalam buku tematik 4 E terbitan Grasindo, ada lagu SYUKUR. Saya menyanyikannya 3 hari lalu, 25 Â Maret 2014. Saya kaget, karena tak satu orangpun murid saya yang bisa mengikuti lagu yang saya nyanyikan. Yah... saya sedih. Lalu, saya mengajarkan lagu tersebut. Sesuatu yang menarik adalah bahwa anak-anak saya ini bisa menyanyikan banyak lagu berbahasa Inggris dan Mandarin.
Mula-mula saya menyanyikan lagunya saja. Tapi, karena anak-anak kesulitan mengikuti nadanya, saya mengajak menyanyikan solmisasinya. Sayangnya terpotong jam selesai pelajaran. Maka setelah memberikan tugas belajar lagu itu, saya meminta anak-anak, hari ini mengambil penilaian menyanyikan lagu wajib.
Pulang, saya ditemui salah satu wali murid. Bu, gimana nyanyinya itu? Ahhhhh.... pusing juga saya. Masa suara saya yang direkam? Tapi, toh di buku ada solmisasi. Saya menggoda si anak, ah kamu bisa nyanyi lagu Mandarin bisalah nyanyi lagu Syukur.
Dan, hari ini penilaian saya lakukan. Sebelum penilaian, saya sengaja menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa untuk membuat mereka familiar dengan lagu nasional. Ternyata? Mereka juga tak kenal. Aduh, sedih deh.
Saya nyanyi lagu rayuan pulau kelapa ini dua kali lalu saya minta secara random bergantian menyanyi lagu syukur. Ternyata,,... hanya 1 anak yang menyanyikannya dengan baik. (PR-nya dikerjakan) Hanya satu.
Sisanya ada yang menyanyikan nadanya benar, tidak hafal syair (yang hanya 4 baris), ada yang hafal syair nadanya ngga jelas, dan ada pula yang suaranya tidak terdengar.
Dari yakinku teguh hati ikhlasku penuh
akan karuniaMU.
Tanah air pusaka Indonesia merdeka
syukur aku sembahkan ke hadiratMU TUHAN.