Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peduli

2 April 2014   12:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peduli Lingkungan Peduli Diri Sendiri

Oleh: Maria Margaretha

Minggu, 16 Maret 2014 adalah hari yang sedikit berbeda buat saya. Biasanya, sepulang ibadah di Wisma 76 Slipi, saya kembali ke kost dan beraktivitas di kamar. Koreksi, menulis, ataupun membaca.

Ibadahnyapun sedikit berbeda. Sejak saya mengundurkan diri dari aktivitas mengajar di gereja, saya lebih banyak mengikuti ibadah pagi jam 07.30. Tapi, hari itu, saya masih kurang sehat dan akhirnya mengikuti ibadah siang, jam 10.00. Renungan yang dibawakan seorang pembicara dari STT INTI Bandung, memberikan banyak inspirasi pada saya.

Inspirasinya seperti berikut,

1.Puasa gadget. Ini sulit. Kita semua bisa puasa makan, saya rasa. Puasa gadget? Bangun tidur, lihat gadget. Sepanjang hari bersama gadget. Hmmmh. Tidurpun, gadget ada di sebelah kita. Padahal, gadget itu sebenarnya tidak ramah lingkungan.

2.Berdasar suatu nats, pembicara menguraikan mengenai kewajiban umat beragama, bahwa sebagai manusia yang menghormati TUHAN kita bukan hanya sekadar punya tugas menaklukan bumi dan menguasainya. Namun, kita diwajibkan memelihara bumi. Nah, ini yang sering dilupakan.

Sejalan dengan inspirasi yang saya dapat, dalam acara blogger peduli lingkungan, lebih siang lagi, jam 12.00, ada hal-hal berkesan mendalam yang saya pelajari.

1.Menulis di blog, ternyata merupakan media edukasi bagi masyarakat melek internet terhadap lingkungan.

2.Melakukan dalam keseharian merupakan media edukasi efektif bagi keluarga, sejawat dan teman-teman dekat kita.

3.Tetap melakukan walaupun tak ada yang melihat, dan tak ada yang mengapresiasi, karena  peran individu itu ada manfaatnya. Setidaknya bagi individu itu sendiri.

Catatan saya mengenai acara blogger peduli lingkungan ini meliputi,

Kata Davina, mulai peduli lingkungan dari diri sendiri, dan mulailah dari yang kecil. Bawa tumbler atau botol minum, untuk mengurangi jumlah kemasan dari air minum kemasan. Gunakan tas yang bisa digunakan berulang kali untuk belanja di supermarket ataupun di pasar. Menghindari penggunaan plastik, mulai dari DIRI SENDIRI.

Kata Anda Wardana, lingkungan itu untuk manusia, jadi perlu dipelihara. Kalau bukan manusia siapa yang bisa memeliharanya?  Hewan dan tumbuhan itu perlu kita sayangi. Ups keren deh.

Kata Melani Subono, Sebelum protes, ayo kerjakan bagian kita. Baru kita bisa bicara. Menurut survey yang pernah dibaca sejak itu ia mencoba menjadi vegetarian, penyumbang asap terbesar di dunia adalah peternakan sapi. Ah…

[caption id="attachment_301499" align="aligncenter" width="300" caption="Melanie Subono dan saya. "][/caption]

Kata Nugie adalah yang paling keren. Apa sih? Jadi, isu lingkungan itu sebaiknya bukan hanya trend atau komoditi sesaat. Jadikan gaya hidup utuh dan kontribusi tanpa tawar menawar dalam pelaksanaannya. Kita melakukan bukan karena tahu, tapi karena kita punya hati yang peduli. Ending dari penyampaian Nugie yang saya ingat ini, persis dengan kata pembawa renungan paginya.

[caption id="attachment_301498" align="aligncenter" width="300" caption="Davina, Nugie dan saya. "]

1396390441320551397
1396390441320551397
[/caption]

“KITA INI PEGAWAINYA YANG MAHA KUASA BUAT NGURUS (MEMELIHARA) LINGKUNGAN, JANGAN HANYA JADI TUANNYA”

Wow. Hanya itu yang saya bisa rasakan. Ada pak Dian Kelana berbagi tentang usaha di RT-nya memberdayakan sampah menjadi biogas (?), dan suara dari Bekasi yang dekat Bantar Gebang dan menjadi pembuangan sampah Jakarta.

[caption id="attachment_301497" align="aligncenter" width="300" caption="Menyimak sambil narsis"]

13963903571583062267
13963903571583062267
[/caption]

Saya nyaris tidak bicara dalam pertemuan ini. Saya menyimak dan merenunginya.

[caption id="attachment_301500" align="aligncenter" width="300" caption="Nugie aja nyimak. Masa saya enggak? Lihatlah wajah seriusnya. Mbak Melanie ngapain ya? Ngga kelihatan."]

13963906781077591616
13963906781077591616
[/caption]

[caption id="attachment_301501" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Dian Kelana sharing tentang pengelolaan sampah di RT-nya. Tomang, wah dekat dong sama kost-an saya. "]

13963908041928950268
13963908041928950268
[/caption]

[caption id="attachment_301502" align="aligncenter" width="300" caption="Sebuah gift, pengingat buat saya, untuk tetap peduli."]

13963908832121049044
13963908832121049044
[/caption]

Hasilnya?

1.Saya merasa bersalah, makan dalam wadah styrofoam/plastik. Saya lho, nyampah juga. Aduh, bagaimana caranya berhenti nyampah? Sebagai anak kost, yang lebih sering malas keluar saya cenderung pesan delivery akhir-akhir ini. Bayangkanlah sehari 3-4 styrofoam saya buang. Menambah volume sampah kan? Itu baru makanan. Minum air kemasan, di rumah murid les saya itulah sajiannya. Dan sekali ngelesin 1 jam, ada 3-4 gelas saya minum. Bayangkan volume sampah saya sehari.

2.Saya berbuat hanya kalau ingat, sementara itu, ingat dan sadarnya saya hal-hal semacam ini, sangat bisa dihitung jari. Wow. Gawat kan?

3.Saya akan berusaha membuat diri lebih banyak sadar supaya saya bisa member kontribusi maksimal.

Dah. Itu saja. Salam saya.

Selalu peduli.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun