That’s Life Coffee, UrBanesia, dan Paradise Dynasty
Oleh: Maria Margaretha
Selamat, mbak Maria memenangkan lomba menulis reportase Belajar memasak bersama Paradise Dinasty. Itulah kurang lebih versi singkat email mbak Selina dari UrBanesia, bulan Desember lalu. Dalam email itu selain hadiah voucher Paradise Dynasty, saya mendapat hadiah vouchernya Urbanesia. Ada 2 pilihan yang kebetulan, waktu penggunaannya sudah mepet dan saat itu jadwal saya sedang sangat padat. Syukurnya voucher itu boleh diganti. Hore.
Tapi, lama sekali baru ada acara Kompasiana lagi. Saya sendiri tak sempat mau ke kantornya mengambil hadiah-hadiah itu, dan kata mbak Selina bisa aja dititipkan pada admin kompasiana nanti kalau ada acara kompasiana. Akhirnya, ada acara nangkring di google sehingga saya bisa menerima voucher Paradise Dynasty melalui mbak Melati Suci.
Saya menggunakannya bersama orang yang saya sayangi. Di Central Park. Memesan makanan yang sama persis dengan yang dibuat waktu itu Xiao Long Pao dan Vegetable Bun,.. itu saja sudah kekenyangan. Mungkin karena saya ke Paradise malam hari, saat perut saya terbiasa tak diisi. Jadi kalau malam ngga rasa lapar. Orang yang menemani saya memesan pudding leci. Lezat-nya sama.
[caption id="attachment_303204" align="aligncenter" width="300" caption="Pudding Leci pilihan,... delicious."][/caption]
Trimakasih Paradise Dinasty dan Urbanesia. Walaupun saya harus menambah beberapa rupiah, namun saya jadi terkenang rasa bahagia dan gembira saat belajar masak itu.
Beberapa hari kemudian, saya menanyakan, mengenai vouchernya. Ditawarkan dari dua kafe yang semua di Jakarta Selatan. Yah, saya sungkan kelewat bawel, jadi saya pilih salah satu. Itu That’s Life Coffee.
Begitulah voucher dikirim ke email saya, saya print,… dan setelah 3 kali telepon reservasi tidak jadi berangkat terus karena berbagai hal, kemarin sepulang Nangkring LPDP, saya mengajak Mbak Rokhmah atau pak Thamrin Sonata menemani saya ke That’s Life. Pak Thamrin Sonata ada acara, menolak. Mbak Rokhmah-lah yang menemani. Wah. Memang voucher hanya untuk berdua sih.
Kemarin, 12 April 2012, akhirnya voucher saya gunakan. That’s Life Coffee ini terletak di jalan Gunawarman No 24, Lantai 2. Letaknya di atas tempat praktek dokter. Saya langsung menuju ke meja kasir dan sangat kebetulan berjumpa pemiliknya. Pak Arris Aprillo. Saya menjelaskan bahwa saya ingin menggunakan voucher dari UrBanesia, tetapi, saya belum reservasi. Saya tidak memberitahu kalau sudah 3 kali reservasi ngga jadi terus.
Pak Arris tidak mempermasalahkan soal reservasi. Namun setelah berbicara dengan crew-nya, beliau minta maaf karena product makanan yang sesuai voucher sedang kosong. Saya negosiasi, tukar dengan lainnya juga tidak apa-apa, kalau diperbolehkan. Ternyata dengan kooperatif beliau memberikan penukaran. Jadi produk sandwich-nya diganti dua porsi singkong goreng, dan seporsi hotdog. Kopinya saya dan mbak Rokhmah memesan berbeda. Rum O Latte dan Vanilla Coffee Island.
[caption id="attachment_303205" align="aligncenter" width="300" caption="Mbak Rokhmah, test the taste of Rum O Latte."]
[caption id="attachment_303206" align="aligncenter" width="300" caption="tampilan Vanilla Coffee Island dilihat dari atas. Looks yummy."]
Karena tidak menyadari bahwa rum memiliki kandungan alkohol barangkali, sehingga mbak Rokhmah memilihnya. Saya sendiri, sempat mau menjelaskan, namun karena saya sengaja memelankan suara cempreng saya sehingga malah tidak tertangkap oleh mbak Rokhmah.
Setelah duduk, sekali lagi saya memberitahu mbak Rokhmah. Saat Rum O Latte itu sudah ada di depannya. Benar saja. Setelah saya tanyakan, barista-nya memberitahu bahwa memang ada kandungan alkohol, entah berapa persen di essence rum itu. Akhirnya kami bertukar minuman. Asli, semalam saya tidur jam 1, rasanya itu gara-gara Rum O Latte-nya.
[caption id="attachment_303207" align="aligncenter" width="300" caption="Tampilan dari samping. "]
[caption id="attachment_303208" align="aligncenter" width="300" caption="Mencicipi Vanilla Coffee Island,... silakan mupeng. "]
[caption id="attachment_303209" align="aligncenter" width="300" caption="Tak terlupakan, selalu ditemani singkong goreng. "]
Singkong gorengnya nyummy, walaupun kecil-kecil, bukan seperti di Poem Kafe. Punya mbak Rokhmah, semuanya oke. Punya saya ada potongan yang kualitas singkongnya kurang baik. Hanya dua potong kok. Ngga masalah. Tetapi, itu saja sudah bukan main kenyangnya. Makan sungguh perlahan-lahan diselingi mengobrol.
[caption id="attachment_303210" align="aligncenter" width="300" caption="Singkong dan Hotdog ini bukan paket asli. Hanya memang sandwich-nya kosong. Kelihatan menguggah kan?"]
[caption id="attachment_303211" align="aligncenter" width="300" caption="Mbak, bagi tanda tangan ya di buku kita. Rayu saya. "]
[caption id="attachment_303212" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana sekitar saat kami menikmati That"]
Hot dog akhirnya dibawa pulang karena perut sudah tak muat, dan kuatir kemalaman.
Teman mengobrol yang baik itu mbak Rokhmah. Dia itu pendengar setia. Makan dengan seseorang seperti mbak Rokhmah itu sesuatu sekali. Mbak Rokhmah menceritakan hadiah power bank-nya dari Krating Daeng dan saya menunjukkan Asha 305 saya dari kemenparekraf. Mengenal mbak Rokhmah dan kerendahan hati di dalam dirinya, itulah yang saya dapatkan sepulang Nangring LPDP, di That’s Life Coffee, sore jam 3-5.
Pak Arris juga dengan baik hati menyempatkan menanyakan kesan kami. Saya dan Mbak Rokhmah. Waktu saya sampaikan soal rum, beliau meminta maaf. Ah, santun sekali. Saya sampai malu menyampaikannya.
Saya sempat menanyakan mengapa kafe itu tidak luas, beliau menjelaskan dengan ramah, walaupun mengakui akan segera keluar. Saya menyukai keterbukaan pak Arris yang membuat pengunjung merasa nyaman. Kapasitas coffee itu mungkin hanya sekitar tiga puluh orang paling banyak. Di pojok, bisa dibuat ber-delapan atau sepuluh, dan di depan barista itu bisa digunakan 18-21 orang. Kalau diperhatikan lebih jauh, ada suasana homey di kafe ini. Pada sudut-sudutnya ada benda-benda rumahan. Favorit saya? Rak buku dekat tangga.
Makan diiring lagu Oblada Obladi, ditemani mbak Rokhmah, memang sangat sesuatu.
Pemilik kafe ini masih muda. Sebenarnya saya ingin wawancara lebih jauh. Tapi, karena beliau mau pergi, sudah disapa saja terimakasih banyak. Saya melihat, kebanyakan pengunjung juga masih muda. Muda... muda.
Mbak Rokh juga menemani saya ke Coffee Institute, di Jalan Gunawarman yang juga ada di Urbanesia. Memang ruangannya lebih luas, namun agak lebih berisik dan kesannya sedikit gelap. Harga makanannya juga agak lebih mahal.
[caption id="attachment_303214" align="aligncenter" width="300" caption="Ekspresso di Coffe Institute. Tiga sendok saja, saya kasih gula jadi efeknya hilang. Harganya? 23 ribu."]
[caption id="attachment_303215" align="aligncenter" width="300" caption="Ruangan Coffee Institute lebih luas, walau sama-sama di lantai dua."]
[caption id="attachment_303216" align="aligncenter" width="300" caption="Di sudut Coffee Institute. Luas, tapi tidak sehomey di That"]
That’s Life memang mungil, tapi nyaman. Bagaimana teman-teman penulis 25 Kompasianer , jadi mau nangkring bareng? Mau pakai di sini? Silahkan cek ya. Mungkin kita bisa ngobrol-ngobrol untuk buku mendatang.
Trimakasih Pak Arris dari That’s Life Coffee buat keramahannya, Mbak Selina dan teman-teman di Urbanesia atas hadiah vouchernya. Kata mbak Rokhmah dan saya, “kapan ya ada acara Urbanesia dan Kompasiana lagi?”
Dalam perjalanan meninggalkan That's Life Coffee, saya mengatakan pada mbak Rokhmah, "aturannya, pada saat weekend menggunakan voucher Urbanesia itu harus reservasi, tapi, baik sekali ya dia, saya boleh tidak reservasi, malah dia yang minta maaf produk sandwichnya tidak ada?" Buat saya, itu SESUATU banget.
Salam minggu pagi
Maria Margaretha
Lebih lengkap tentang That's Life Coffe? Lihat ini dan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H