[caption id="attachment_303212" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana sekitar saat kami menikmati That"]
Hot dog akhirnya dibawa pulang karena perut sudah tak muat, dan kuatir kemalaman.
Teman mengobrol yang baik itu mbak Rokhmah. Dia itu pendengar setia. Makan dengan seseorang seperti mbak Rokhmah itu sesuatu sekali. Mbak Rokhmah menceritakan hadiah power bank-nya dari Krating Daeng dan saya menunjukkan Asha 305 saya dari kemenparekraf. Mengenal mbak Rokhmah dan kerendahan hati di dalam dirinya, itulah yang saya dapatkan sepulang Nangring LPDP, di That’s Life Coffee, sore jam 3-5.
Pak Arris juga dengan baik hati menyempatkan menanyakan kesan kami. Saya dan Mbak Rokhmah. Waktu saya sampaikan soal rum, beliau meminta maaf. Ah, santun sekali. Saya sampai malu menyampaikannya.
Saya sempat menanyakan mengapa kafe itu tidak luas, beliau menjelaskan dengan ramah, walaupun mengakui akan segera keluar. Saya menyukai keterbukaan pak Arris yang membuat pengunjung merasa nyaman. Kapasitas coffee itu mungkin hanya sekitar tiga puluh orang paling banyak. Di pojok, bisa dibuat ber-delapan atau sepuluh, dan di depan barista itu bisa digunakan 18-21 orang. Kalau diperhatikan lebih jauh, ada suasana homey di kafe ini. Pada sudut-sudutnya ada benda-benda rumahan. Favorit saya? Rak buku dekat tangga.
Makan diiring lagu Oblada Obladi, ditemani mbak Rokhmah, memang sangat sesuatu.
Pemilik kafe ini masih muda. Sebenarnya saya ingin wawancara lebih jauh. Tapi, karena beliau mau pergi, sudah disapa saja terimakasih banyak. Saya melihat, kebanyakan pengunjung juga masih muda. Muda... muda.
Mbak Rokh juga menemani saya ke Coffee Institute, di Jalan Gunawarman yang juga ada di Urbanesia. Memang ruangannya lebih luas, namun agak lebih berisik dan kesannya sedikit gelap. Harga makanannya juga agak lebih mahal.
[caption id="attachment_303214" align="aligncenter" width="300" caption="Ekspresso di Coffe Institute. Tiga sendok saja, saya kasih gula jadi efeknya hilang. Harganya? 23 ribu."]
[caption id="attachment_303215" align="aligncenter" width="300" caption="Ruangan Coffee Institute lebih luas, walau sama-sama di lantai dua."]
[caption id="attachment_303216" align="aligncenter" width="300" caption="Di sudut Coffee Institute. Luas, tapi tidak sehomey di That"]
That’s Life memang mungil, tapi nyaman. Bagaimana teman-teman penulis 25 Kompasianer , jadi mau nangkring bareng? Mau pakai di sini? Silahkan cek ya. Mungkin kita bisa ngobrol-ngobrol untuk buku mendatang.
Trimakasih Pak Arris dari That’s Life Coffee buat keramahannya, Mbak Selina dan teman-teman di Urbanesia atas hadiah vouchernya. Kata mbak Rokhmah dan saya, “kapan ya ada acara Urbanesia dan Kompasiana lagi?”
Dalam perjalanan meninggalkan That's Life Coffee, saya mengatakan pada mbak Rokhmah, "aturannya, pada saat weekend menggunakan voucher Urbanesia itu harus reservasi, tapi, baik sekali ya dia, saya boleh tidak reservasi, malah dia yang minta maaf produk sandwichnya tidak ada?" Buat saya, itu SESUATU banget.
Salam minggu pagi
Maria Margaretha
Lebih lengkap tentang That's Life Coffe? Lihat ini dan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H