Acara yang digagas dan disiapkan untuk dimulai pada pukul 8 malam ini, 28 Juni 2014 molor hingga pukul 11 malam. Sejumlah kompasianer akhirnya meninggalkan Hotel Lumire, yang berlokasi disebelah atrium Senen, Jakarta Pusat, dikarenakan harus bekerja esok harinya dan tinggal cukup jauh. Â Salah satu rekan dari grup Kompas, bahkan sempat memperkirakan Jokowi takkan hadir. Karena beliau mempunyai acara di tiga tempat.
Namun kompasianer pecinta Jokowi banyak yang masih bertahan bersama blogger-blogger lainnya.
Jarum jam telah menunjukkan pukul 10.30 saat Jokowi tiba di lobby hotel Lumire. Tim media tumpah ruah dengan para blogger mencoba mengambil foto Jokowi, serta menyalami Jokowi.
Perlu setengah jam sendiri untuk membawa Jokowi, masuk ke Ballroom Hotel Lumire. Komunitas netizen peserta acara ini terdiri dari Kaskus, Kompasiana, dan umum (pengguna twitter dan facebook)
Bayangkan ruangan ballroom penuh dengan netizen. Tua, muda. Dari Jakarta, Rote, Papua, Ambon, Manado sampai Aceh. Sipit, belo. berkulit gelap sampai bule, gegap gempita menyambut Jokowi dengan lagu salam dua jari. Bergoyang dengan meriah sehingga rasanya terbayang waktu masih pagi. (ternyata sudah tengah malam)
[caption id="attachment_312936" align="aligncenter" width="336" caption="Apapun warna kulitnya, tetap pilih no 2. (yang tinggi itu bule dan satunya nermata sipit) Mereka percaya Jokowi membawa semangat positif bagi bangsa,"][/caption]
Setelah berbagai ucapan dari bebarapa wakil komunitas, antara lain, warga Jakarta seorang supir angkot yang tertolong program KJS dan KJP, dua tukang becak dari Yogya yang menggenjot bejak mengumpulkan dana dan aspirasi sepanjang jalan menuju Jakarta (berangkat 13 Juni, dari Yogya), pasangan pengungsi Rote dari Flores, Â aspirasi dari Okahi (organisasi orang hilang), dan aspirasi netizen yang dikumpulkan sebelum Jokowi tiba.
Beberapa poin utama yang Jokowi sampaikan pada netizen dalam pembukaan, bahwa memang semula beliau tak pernah mimpi jadi Presiden, atau mencapreskan diri. Suara elektabilitas yang membuat beliau saat akhirnya dicalonkan membuatnya menjadi PETARUNG. Demi amanat yang dititipkan rakyat, membangun sistem di Indonesia yang lebih positif. Indonesia punya sumber daya-nya. Sistemnya harus diperbaiki, agar dapat berfungsi dan membuat rakyat sejahtera. Ia bekerja keras, menjalani 3 provinsi beberapa kabupaten dalam kampanye, karena amanat yang ditunjukkan rakyat biasa. (mbrebes mili, aku)
Mungkin Netizen tak menyadari gestur tubuh Jokowi yang kelelahan. Wajahnya yang tersenyum bukan berarti tubuhnya sanggup berada dalam tekanan pekerjaan. Ia menunjukkan semua itu dilalui dengan kesungguhan demi kepercayaan yang dititipkan.
[caption id="attachment_312935" align="aligncenter" width="448" caption="Tidak menemukan kelelahan? Anda tidak peka. Namun senyum tetap terhias di wajahnya."]
Netizen akhirnya hanya kebagian satu pertanyaan untuk disampaikan. Beruntung Jokowi cukup murah hati, sehingga ia mengatakan dua, jangan satu. (Baru mikir, bukan bagian dari pilih nomor dua kah?)
Bahkan dalam kelelahan ia masih mampu tetap tersenyum dan melayani foto bersama, atau bersalaman dengan netizen yang mengulurkan tangan.
[caption id="attachment_312934" align="aligncenter" width="448" caption="Berebut berfoto dan menfoto (dengan) Jokowi"]
Saya berhasil menyalami dan sungguh terpesona saya karena pak Jokowi, bersedia membiarkan saya menyalami lebih lama untuk mendapatkan foto. Sayang, gagal juga dapat foto selfi bareng pak Jokowi.
[caption id="attachment_312933" align="aligncenter" width="448" caption="Bareng Kompasianer Topik, saya, Tytiek dan Ninoy Karundeng. Ini toh Ninoy yang jutek???"]
Beberapa bagian kisah menanti Pak Jokowi dalam pertemuan Netizen akan saya sertakan setelah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H