Berbeda dengan pemilihan legislatif , sampai pagi tadi belum ada beritanya surat panggilan untuk milih. Kebetulan sempat melongok lewat internet dengan memasukkan NIK di website KPU dan diperoleh no TPS tempat harus mencoblos di kelurahan Pasar Baru Jakarta Pusat. Semula, niat awal adalah mencari Pak RT untuk mengambil surat, namun lebih dulu jam 8 pagi, saya singgah di kantor kelurahan dan menemukan no urut di TPS 1 yaitu 563, dengan bekal itu saya langsung menuju TPS dan bertanya, dapatkah saya memilih? Ternyata pada petugas, (KPPS) terdapat cukup banyak surat panggilan yang tak tersampaikan karena pemilih tidak di tempat (katanya) saat surat diantar. Saya menerima surat, hanya kejepret sedikit, dan menyerahkan pada petugas lain di meja lain, sekitar 20 menit kemudian dipanggil dan melakukan kewajiban sebagai warga negara, memilih pemimpin negara ini dengan bangga, dan tanggung jawab.
Sementara menunggu saat penghitungan suara, saya mengamati, kehadiran warga di TPS 1. Pada TPS ini, jumlah surat suara disediakan 795, warga terdaftar tetap 779 (dari DPT, yang tertempel). Dari kedatangan hingga tutup TPS pukul 13.00, jumlah pemilih yang melaksanakan hak dan kewajiban adalah 521 orang. Bahkan ada pemilih yang sudah harus dituntun 2 orang, namun tetap masuk bilik suara dan mencoblos. Pantas diapresiasi.
Catatan penghitungan suara:
1. Penghitungan suara dimulai pada pukul 13.40, Saksi dari calon no 1 seorang bapak dan saksi dari calon no 2 seorang wanita muda berjilbab (cantik lho, menurut saya). Warga setempat terlihat antusias menyaksikan penghitungan suara. Suara pertama terbaca adalah Prabowo. Namun suara kedua adalah Jokowi.
2. Saat penghitungan suara terlihat 2 orang petugas polri berjaga-jaga, namun tidak menetap. Mereka melakukan pemantauan di 4 TPS. Menurut Bapak Joko, petugas Polri tersebut, 2 orang bertanggung jawab atas keamanan 4 TPS. Jadi mereka mobile.
3. Ada 2 orang dari Malaysia, lengkap dengan kamera ikut menyaksikan proses penghitungan suara. Mereka mengaku datang khusus untuk memantau pilpres ini. Keduanya mengaku dari media, dan menyebutkan nama medianya, namun sayangnya, tidak tercatat karena saya tidak membawa kertas. (pena ada, tapi kertasnya cuma nemu kecil sekali, jadi ngga sempat mencatat) Mereka menyatakan bukan hanya Indonesia, namun di negara lainpun mereka juga meliput pilpres, jika ditugaskan.
4. Ada 3 surat suara tidak sah karena tercoblos di 2 kotak dan 1 surat suara tidak tercoblos, sehingga total suara sah adalah 517. Terlihat ada 3 surat suara yang unik, karena pencoblosannya nyaris bolong di wajah capresnya, sayang tak sempat terfoto. Kata saya, segitu bencinya sampai dibolongin kayak gitu. Kata warga, segitu semangatnya pengen memenangkan presiden pilihannya.
5. Pada penghitungan dengan talley, awalnya terlihat hasil adalah 177, 342, 4 tidak sah, ini menunjukkan ketidak sesuaian antara surat suara terpakai dengan jumlah suara terhitung. Sehingga dilakukan penghitungan ulang dengan manual. Surat suara yang dipisahkan antara no 1 dan 2 memudahkan sehingga hasil akhir diperoleh 176, 341 dan 4 tidak sah. Terlihat juga di mata saya petugas yang menghitung kurang menguasai matematika, sehingga saya sempat membetulkan beberapa kali, sambil memotret dan tertawa  juga.
6. Pihak saksi Prabowo, di TPS 1 tidak menyatakan keberatan atas hasil yang diperoleh di TPS 1. Dalam percakapan di depan kantor kelurahan (saya mengikuti sampai kantor kelurahan karena jarak dari TPS ke kantor kelurahan hanya sekitar 50 langkah, sekalian pulang ke kost), saksi sempat mengatakan, "Jelaslah Jokowi menang di Pasar Baru, lha penghuni Pasar Baru kan China dan Bombay..." Â Memang, di Pasar Baru kemenangan Jokowi cukup telak dari beberapa TPS yang selesai hitung lebih dulu. Ucapan saksi pihak Prahara ini ditimpali oleh seorang berbaju hansip, "Bukan begitu pak. Jokowi itu punya WAHYU CAKRANINGRAT". Bengong juga mendengar hal itu. Apa hubungannya coba?
Saksi dari Jokowi sendiri saat ditanyai, kenapa memilih Jokowi, mengatakan bahwa, "Jokowi tidak membedakan mbak, mau yang miskin dan kaya. Saya pernah duduk bareng lesehan di bawah, sama Jokowi, waktu ia ke mari. "
Catatan: Saya melihat keragaman dari pengamat di TPS, ada yang terlihat jelas status ekonomi baik, maupun kurang, semuanya antusias.
[caption id="attachment_314754" align="aligncenter" width="448" caption="Surat panggilan saya. Lihat, bagian bawah tak terpotong, tanda saya belum terima sampai saat di TPS. Pak RT 03, ngga di TPS 01, sayangnya."][/caption]
[caption id="attachment_314755" align="aligncenter" width="336" caption="Bangga melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Memilih Presiden. Jangan tanya ya saya pilih siapa. Takkan saya jawab. Toh yang pasti suara saya sah. "]
[caption id="attachment_314756" align="aligncenter" width="336" caption="Perlu 2 orang untuk membantu kakek ini mencoblos. Termasuk petugas PPS."]
[caption id="attachment_314757" align="aligncenter" width="336" caption="Kakek ini juga dibantu mencelupkan jari pada tinta. Pengantarnya ternyata mencoblos di TPS lain."]
[caption id="attachment_314759" align="aligncenter" width="336" caption="seorang pendukung Jokowi, sengaja mencelup 2 jari di tinta sebagai tanda mendukung Jokowi. Segitunyaaaaa ngkale???"]
[caption id="attachment_314760" align="aligncenter" width="336" caption="Warga menunggu penghitungan suara. Pengen lihat aja bu. Lebih real dari di TV."]
[caption id="attachment_314761" align="aligncenter" width="336" caption="Kerumunan warga menanti penghitungan suara, semakin banyak saat sudah dimulai. Foto diambil jam 13.55"]
[caption id="attachment_314763" align="aligncenter" width="336" caption="Terlihat petugas PPS yang kelelahan menggunakan kursi untuk tidur sejenak sebelum menghitung suara."]
[caption id="attachment_314764" align="aligncenter" width="420" caption="Kerja petugas, mengangkat kotak suara."]
[caption id="attachment_314765" align="aligncenter" width="336" caption="Surat suara ditumpahkan di meja, dan disusun sebelum dibuka dan dihitung."]
[caption id="attachment_314766" align="aligncenter" width="336" caption="merapikan, menghitung dan mencatat."]
[caption id="attachment_314767" align="aligncenter" width="336" caption="Pak Polisi, 2 wartawan dari media Malaysia, mengamati, memotret dan mencatat."]
[caption id="attachment_314768" align="aligncenter" width="336" caption="Saya dari Malaysia mbak. Sudah biasa kami memantau, di tempat lain juga, bukan hanya Indonesia. Ibu saya Indonesia,... banyak kawan di ANTARA juga."]
[caption id="attachment_314769" align="aligncenter" width="448" caption="Hasil di TPS 2, selesai hitung sebelum TPS 1 selesai. Foto dari kertas pak Polisi. Makasih ya Pak."]
[caption id="attachment_314770" align="aligncenter" width="336" caption="Saya bangga bisa berbagi tuk Kompasiana. Walau hanya di TPS saya. "]
[caption id="attachment_314771" align="aligncenter" width="448" caption="Ada tip ex, karena sempat terjadi perbedaan antar surat suara yang terpakai dengan hasil hitung. Di periksa kembali secara manual, sehingga terjadi tip ex."]
[caption id="attachment_314772" align="aligncenter" width="336" caption="Hasil sebagian TPS di Pasar Baru, di foto di depan kantor kelurahan."]
Ingat, Pasar Baru bukanlah Jakarta. Dan Jakartapun bukan Indonesia. Okelah Jokowi menang mutlak di Pasar Baru, namun belum tentu di Jakarta. Jikapun Jokowi menang mutlak di Jakarta, Indonesia luas. Jadi mari bersabar hingga seluruh suara terhitung. Bagaimana?
Seperti kata Sani, dalam film Beta Maluku, ingin saya sadur dalam bahasa lebih luas, " kalau ada seng tanya Katong siapa? Bukan Katong Tulehu, atau Katong Passo, Tapi Katong Maluku. Bukan beta Islam atau beta Kristen, tapi Beta Maluku. Bahasa saya, " Kalau ada yang tanya, siapa kita? Bukan kita Pasar Baru, atau Jakarta. Bukan Saya Jawa, Sunda, Aceh, Papua, China, atau Bali, tapi kita Indonesia. Bukan saya, Islam, Kristen, Katolik, Hindu atau Budha, Tapi saya Indonesia. Jadi siapapun pilihan kamu, kita semua Indonesia. Mari hargai setiap pilihan untuk Indonesia lebih baik.
Salam Edukasi.
Saya, Maria Margaretha melaporkan dari TPS 1 Pasar Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H