Saya menantang diri saya sendiri belajar, walaupun menekan batin yang merasa tidak layak karena tidak pernah belajar grammar sebelumnya. Kepala sekolah menolak alasan saya ini. Oke, saya akan mengajar, tapi jangan salahkan kalau tidak maksimal. Itu akhirnya jadi kunci pernyataan saya. Jadi, akhirnya saya mengampu 24 jam pelajaran berbahasa Inggris dan 7 jam pelajaran berbahasa Indonesia (Tematik).
Sisi menguntungkan yang disebut oleh kepala sekolah saya tentu tak dapat dipungkiri. Mereka adalah anak didik saya di kelas 4. Berkurang 5 anak karena pindah sekolah. Seperti orang tualah saya buat anak-anak ini. Karena sudah terbiasa di kelas 4. Saya sangat sayang dengan semuanya. Tak dibedakan termasuk yang menulis surat harapan dia agar saya tetap mengajar di kelas 5. Sesuai harapannya, tak sesuai harapan saya.
Motivasi saya adalah anak-anak ini dapat saya inspirasi untuk bersemangat belajar, dan terus belajar. Salah adalah bagian dari belajar, dan perbaikilah. Mantra tersebut saya ulang di setiap kelas. Saya ingin anak-anak saya ini tidak takut berbuat salah, namun mereka mau melihat manfaat kesalahan sebagai pengingat kebenaran.
Memotivasi anak untuk belajar bukan karena harus, tetapi karena mau. Bukan karena nilai tapi karena senang. Seperti saya, belajar untuk menyenangi tugas mengajar saya saat ini, Bahasa Inggris. Wall FB saya jadi saksi, lidah keriting, rambut rontok, dan bibir sariawan, belajar menyukai bahasa Inggris, menembus limitation diri sendiri. I can because I want, I can because I try, I can because I need. Starting new academic year with positive attitudes.
(Tulisan ini ditulis, 19 Juli 2014. Baru posting hari ini. Telat banget)
Salam edukasi,
Maria Margaretha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H