[caption id="attachment_319543" align="aligncenter" width="336" caption="Hadiahhhhhhh..... senang ya dapat hadiah? Jelas."]
Sama seperti gurunya yang unik, muridnya juga. Disuruh kepang dua, sudah kepang dua, masih bawain saya puding, ada yang kasih kado buku, (darimana ya mereka mengerti kegilaan saya pada buku?) ada juga yang kasih manisan. Semuanya saya makan... makan... makan. Nyummy.
Nah, itu hari bahagia saya.
[caption id="attachment_319545" align="aligncenter" width="336" caption="Lagi-lagi hadiah. Buku, selusin sikat gigi, coklat. hahahahaha. Senang. (Doc:Maria)"]
[caption id="attachment_319546" align="aligncenter" width="336" caption="Hadiah dibungkus berlapis-lapis,... bukanya sambil tertawa. Anak kelas 6 punya kerjaan mengerjai guru anti mainstream. (doc: Maria)"]
Jadi, apa sih maksud saya? Bahagia itu sederhana. Kalau berpikir, menang lomba itu bahagia, belum tentu. Kalau berpikir HL-nya penulis di Kompasiana itu bahagia, belum tentu. Kalau mikir buat buku itu bahagia, apa iya? Kalau berpikir dikasih kado bagus itu bahagia, tidak juga.
Bahagia itu, menemukan kesenangan dalam keseharian. Mau ulang tahun, ngga ulang tahun tetap bahagia. Kenapa? Karena saya memilih bahagia. hihihihihihi
Salam edukasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H