Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nangkring Bareng Pertamina

30 Agustus 2014   06:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:07 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa catatan yang ingin saya tulis adalah, sebagian dari penjelasan bahwa elpiji non subsidi 12 kg sudah tercantum dalam undangan daftar online, ada kesan bertele-tele sebenarnya. Namun Farah Quinn benar-benar menjadi bintang dalam acara nangkring bareng ini. Hampir semua kompasianer yang bertanya menyertakan satu pertanyaan untuk Farah.

Bagian penting yang menarik dari Farah adalah penjelasannya memasuki dunia kuliner yang tak lepas dari penggunaan gas elpiji non subsidi. Ia menyatakan bahwa ia lebih menyukai menggunakan kompor elpiji daripada kompor listrik, lebih karena memasak dengan elpiji lebih tepat untuk dunia memasak profesional seperti di restaurant atau hotel.

Ia menuturkan bahwa dirinya telah belajar membuat masakan sejak usia 5 tahun dengan puding agar-agar. Keren ya??? Hehehehe. Kagum dong! Nah bagus.

Ibunya adalah tokoh yang punya peran membuatnya menyukai dunia memasak dan housemate-nya dalam  pertukaran pelajar yang membuatnya menekuni dunia memasak secara profesional. Ia menempuh pendidikan culinary dan secara spesifik menjelaskan bahwa ia pernah (atau masih sih?) mempunyai restaurant di Arizona.

Menarik sekali bahwa Farah mengakui dalam penampilannya di TV tak luput dari kenyataan bahwa dirinya seksi. TV memang dikemas untuk entertain, namun sudut hygienis-nya tetap diperhatikan, terkait pernyataan kompasianer yang saya setujui; yaitu bahwa masak di TV itu kesannya kurang hygienis, tanggannya bersih ngga, kok pakai cincin segala. Farah menyebutkan bahwa regulasi kehygienisan di Indonesia belum terlalu diperhatikan sehinngga sering kali masyarakat terkena penyakit typus. Ini menunjukkan kurang bersihnya tangan, sebenarnya. Menarik juga mendengar bahwa ternyata seorang chef ternyata mencuci tangan sebanyak dokter mencuci tangan demi menghindari kuman serta paparannya mengenai standar hygienis di luar negeri. Sama menariknya dengan mendengarnya berbicara dalam bahasa campur-campur yang kadang saya mikir, ini sebenarnya beneran ngga tahu bahasa Indonesianya atau sekedar gaya ya? Hehehehehe. Kayak Cinta Laura, tahu?

Kok jadi ngomongin Farah Quinn sih, ya? Habis memang kalau diperhatikan Farahlah bintang dalam nangkring bareng ini. Pihak Pertaminanya sendiri kelihatannya tak terlalu mendapatkan porsi.

Pak Khun dan Pak Thomson yang mempunyai pertanyaan untuk Pertamina, juga lebih mengarah pada politik dan sudut sosial budaya. Misalnya, suara rakyat agar barang yang mau naik tak perlulah dibuat langka dulu. Mau naik- ya naik aja. Toh kalau rakyat mau masihlah sanggup membeli.

Suara Kompasianer lainnya yang pernah di Indonesia Timur juga meminta agar Pertamina bisa membantu agar harga elpiji di daerah tidak terlalu mahal dan jauh bedanya, ditanggapi bahwa komponen harga elpiji dipengaruhi juga oleh biaya transportasinya. Wah. Narasumber menunjukkan bahwa cost transportasi ini yang membuat perbedaan harga yang besar.

Salah satu kompasianer lain juga menyebutkan mengenai elpiji oplosan di mana ia melihat sendiri elpiji itu dioplos antara elpiji melon (tabung 3 kg) dengan elpiji non subsidi sehingga kadang kala justru berat elpijinya 3 kg lebih daripada yang 12 kg. Ini adalah tindakan kriminal sebenarnya. Pertamina perlu menjalin kerjasama dengan pihak yang berwajib untuk meminimalisir.

[caption id="attachment_321526" align="aligncenter" width="448" caption="Narasumber dan moderator mas Heru,... Mas, pertanyaannya kok dilemparnya pertama selalu ke mbak Farah sih? hehehehe."]

14093299741146315299
14093299741146315299
[/caption]

[caption id="attachment_321527" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Thomson Cyrus dam sesi tanya jawab. Pertanyaan yang menarik, walau jawabannya mungkin belum cukup ya? "]

14093300311399334921
14093300311399334921
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun