Saya berada di Tugu Proklamasi, Jl. Proklamasi, hari ini, 6 September 2014, Â jam 9 pagi hingga jam 6 sore, dipercaya menggawangi stand yang seharusnya jatah kompasiana dan dipercayakan pada Fiksiana Community (FC).
Berdua dengan mbak Harirotul Fikri, kompasianer, fiksianer dari Malang yang ingin bergabung menyemarakkan stand tadinya sejak tiba sempat mengalami dis-orientasi. Karena berdasarkan informasi di wall FB FC, stand Kompasiana tadinya akan berbagi dengan  TVRI digital, justru sudah ditempati dari Aneoki. Setelah duduk sebentar di tenda utama, bersama mengikuti acara pembukaan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, saya memutuskan mengupayakan menunaikan tugas.
Dengan meninggalkan buku-buku saya pada mbak Fikri, saya mulai bertanya pada panitia, mengenai stand tersebut, sambil mencari mas Ando Ajo yang seharusnya jaga stand bersama saya. Walaupun sudah mengatakan siap jaga stand bareng mas Ando, saya belum pernah kenal dan ngga punya no HP mas Ando. Haduh. Untungnya mbak Fikri, punya kemampuan mengenali, walau hanya dari foto FB. Selamat, saya berhasil menemukan mas Ando, walaupun HP Nokia mbak Fikri jadi korban, hilang di lokasi acara.
Akhirnya stand pun ditemukan, namun ternyata saya harus gigit jari juga, saat menuju stand yang katanya diberikan pada kami, sudah diisi dari IBCSD. Berkat bantuan mas Ibnu, dari tim RJK2, akhirnya saya mendapatkan stand baru.
Saya dan mas Ando, akhirnya mulai mendiskusikan masalah buku yang akan dipamerkan, karena ternyata, mbak Selsa yang tadinya berencana menitipkan buku tidak jadi mengirimkan bukunya sebab JNE sudah tutup malam sebelumnya. Termasuk juga banner yang seharunya menjadi petunjuk keberadaan kompasiana di pameran tersebut.
Saya mencoba menemukan mbak Nurhasanah, yang kata salah satu panitia sudah ada dalam lokasi acara, ternyata mbak Nurhasanah malah baru tahu kalau ada stand untuk kompasiana dan dia hanya meliput acara saja. Untung saja dalam kebingungan Pak Thamrin Sonata muncul dan memberikan banner buku terbaru kompasianer Rifki Feriandi. Jadilah kami memajang buku-buku kompasianer di stand tersebut. Ada buku 25 kompasianer merawat Indonesia, 36 Kompasianer merajut Indonesia, Jabbal Rahmah-nya Mas Iskandar Zulkarnain, bukunya Mas Rifki "Cara Narsis Bisa Nulis" dan buku saya sendiri "Guru Plus".
Sempat salah satu pengunjung menanyai kami berkaitan dengan kompasiana yang menurutnya tak dapat dipercaya kaena tidak melakukan cover both side. Kehadiran pak Thamrin Sonata, membantu saya juga menjelaskan keberadaan kompasiana sebagai media warga, dimana di Kompasiana, penulis reportase, bertanggung jawab atas tulisannya tentu saja. Mengenai opini, tentunya setiap penulis dapat membuat artikel penyanggah bila berlawanan pendapat. Agak kesal juga dibilang tak bertanggung jawab. Enak aja.
Setelah kehebohan berkaitan dengan stand reda, saya dan mbak Fikri akhirnya mengunjungi stand stand lain, karena pak Thamrin dan Mas Ando menjaga stand kami.
Sebenarnya acara pameran iptek ini diisi oleh stand-stand yang berkualitas dan prototype teknologi yang sangat berguna. Salah duanya ingin saya ulas di sini,
1. Air sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Stand ini menyajikan hasil penelitian Pak F. Mustari (alumni dari universitas Hasanudin, Makasar (atau dosen ya?)), dimana air digunakan untuk bahan bakar dengan menggunakan kekuatan accu, jika sebagai pengganti BBM di kendaraan, dan listrik pada kompor gas. Besaran listrik yang digunakan pada kompor gas adalah 100 watt. Dalam pameran ini, ditunjukkan kompor gas tersebut menyala dengan baik. Pak Mustari yang dengannya saya sempat berbincang menjelaskan bahwa dengan menggunakan air, kita dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar dari fosil, yaitu minyak.
Saya melihat bahwa usaha mengganti BBM menjadi baham bakar air ini merupakan tehnologi yang bermanfaat bukan hanya di sisi ketersediaan. Namun juga disisi pengurangan polusi.
2. Stand bantuan subsidi non tunai berbasis E-KTP.
Stand ini sangat menarik buat saya, dan kebetulan letaknya berdekatan dengan stand kami sendiri dari kompasiana yang diwakili Fiksiana Community, karena ide-nya. Bahwa sasaran Bantuan Langsung Tunai kadang tidak tercapai, bisa disiasati dengan peralatan elektronik ini. E-KTP difungsikan sebagai kartu yang memberikan bantuan langsung non tunai yang bisa digunakan berbelanja kebutuhan pokok. Tolong dicatat: KEBUTUHAN POKOK. Ini artinya rokok tidak termasuk. Jadi, pemerintah dapat melakukan suatu upaya agar penerima bantuaan langsung non tunai ini benar-benar mendapatkan kebutuhan dasar makanan sehari-hari, seperti beras, minyak goreng, susu anak, tetapi dengan batasan jumlah tertentu. Misalnya Rp. 150 rb. Setiap bulan bantuan ini di top-up, tetapi tidak terakumulasi. Jika pemilik E KTP yang didaftarkan tidak menggunakan dana ini pada bulan tersebut maka dana tersebut akan hangus. karena artinya tidak dibutuhkan. Sebenarnya ide ini sangat-sangat-sangat baik sekali.
Bayangkan bahwa para penerima BLT justru beli HP baru setelah menerima BLT(?) kisah-kisah yang pernah saya dengar ini membuat miris. Tekhnologi cashless dari PT Len ini memiliki konsep sebagaimana dijelaskan salah satu petugas stan tersebut,
berbentuk kuota belanja, dibelanjakan di toko yang bekerja sama dengan pemerintah, hanya dapat membeli barang kebutuhan pokok saja (sembako), dan verifikasinya dapat menggunakan pindai sidik jari dari e-ktp. Keren banget ya?
Sayangnya semua tekhnologi ini belum mendapatkan kejelasan regulasinya.
Tema Diskusi Publik dan Pameran Teknologi ini, Indonesia Menjawab Tantangan Masa Depan, dibuka oleh Pak Poempida Hidayatullah, anggota DPR terpilih yang dipecat dari keanggotaannya di DPR karena mendukung presiden terpilih (Jokowi), saat partainya memutuskan mendukung Pak Prabowo (Golkar). Pak Poempida sempat memberi sambutan dan mengunjungi beberapa stand sambil mendengarkan harapan untuk pemimpin mendatang. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Relawan Jalan Keluar (RJK) yang mendukung Jokowi.
[caption id="attachment_322579" align="aligncenter" width="448" caption="Ini Pak Mustari peneliti bahan bakar air,... bersama pak Poempida. Wawancara, santai sambil ndodok... ala Maria Margaretha"]
[caption id="attachment_322580" align="aligncenter" width="353" caption="Wah,... stand buku malah jadi salon,... piye toh iki?"]
[caption id="attachment_322581" align="aligncenter" width="448" caption="Wah Mas Ando Ajo sama Mbak Fikri, makan mie ayam dilihatin sama Mbak Nurhasanah, admin kompasiana yang lagi ngeliput nih.... hahahaha."]
[caption id="attachment_322587" align="aligncenter" width="448" caption="Pasukan Kompasiana,... sebelum pulang"]
[caption id="attachment_322589" align="aligncenter" width="1600" caption="Sudut lain pameran"]
[caption id="attachment_322591" align="aligncenter" width="448" caption="Di dekat kami, stand E- KTP, bisa ngecek E-KTP kami."]
[caption id="attachment_322592" align="aligncenter" width="448" caption="salah satu brosur stand pameran BPPT,... tehnologi e-voting"]
[caption id="attachment_322593" align="aligncenter" width="448" caption="Pak Poempida dan stand PU mengenai tehnologi sanitasi dari Pekalongan"]
[caption id="attachment_322595" align="aligncenter" width="448" caption="Narsis dulu depan Anoa, tehnologi dari Pindad."]
[caption id="attachment_322613" align="aligncenter" width="300" caption="Narsisnya penulis,... boleh nyolong dari FB mas Ganendra, fotonya."]
Di samping stand kami, saya melaporkan untuk teman-teman kompasiana.
Salam Edukasi,
Maria Margaretha
Ps: Foto-foto, selain dari HP saya sendiri juga berasal dari HP mas Ando Ajo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H