Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca Tanpa Menulis Berkurang Manfaatnya

27 Desember 2014   17:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:22 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14196495321526113999

Kegiatan membaca, jika hanya dilakukan terus menerus tanpa dituliskan manfaatnya akan menjadi lebih terbatas. Sebab, sekalipun bermanfaat apa yang dibaca dapat kita bisa lupa.

Bacaan tidak dapat disebut bermanfaat sehingga pembacanya memperoleh manfaat dari apa yang dibaca, demikian disampaikan oleh Bapak Hernowo Hasim, pembicara tamu dalam Teacher Writing Training, saat ini, 27 Desember 2014, di UNJ Rawamangun.

Agar bisa menulis dengan baikpun bacaan perlu diseleksi dengan baik. Penulis yang membaca bacaan bermutu, jelas mampu menulis tulisan yang bermutu.

Kegiatan membaca perlu dijadikan kebiasaan. Bukan sekedar dibaca, namun dituliskan kembali manfaat dari bacaan tersebut. Sehingga kebiasaan membiasa juga mendorong kebiasaan menulis.

Hernowo Hasim, adalah Penulis buku best seller “Mengikat Makna”, “Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza”, “Quantum Reading”, dan “Quantum Writing” ini mulai menapaki karier kepenulisannya pada usia 44 tahun dan berhasil menulis sekitar 17 buku dalam waktu tiga tahun. Prinsipnya, menulis harus memberikan dampak yang memberdayakan bagi pembaca dan senantiasa menggabungkan menulis dengan membaca.

Paparan ini menarik bagi saya karena saya setuju dengan hal ini.

Menulis itu dapat menyembuhkan, endapkan tulisan yang bersifat negatif dengan menghindari subyektivitas, serta menyalahkan tanpa memberikan solusi, serta etika dalam publish tulisan untuk masyarakat.

[caption id="attachment_343606" align="aligncenter" width="300" caption="Narasumber sesi kedua Teacher Writing Camp, Hernowo Hasim (foto: FB Omjay)"][/caption]

Prinsipnya pembaca menyeleksi bacaan bermutu agar dapat menulis dengan bermutu.

Bacaan bermutu bisa didapatkan dengan menyortir penulisnya. Penulis seperti Dan Brown, JK Rowling misalnya jelas merupakan jaminan mutu dalam hal bacaan novel.

Namun bacaan yang bermutu jika tidak dibagikanpun jadi manfaatnya kurang.

Salam Edukasi,

Maria Margaretha

PS: Tulisan ini lebih ditujukan pada para guru, karena sebagai guru idealnya kita memiliki 2 kompetensi ini sekaligus, membaca dan menuliskan. Namun demikian bagi semua yang ingin menjadi penulis, membaca adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun